“Kalau kita lihat [kemampuan membaca] Kota Semarang juga masih kurang, tentu saja perlu langkah-langkah konkret untuk menggalakkan literasi,” ujar Dhoni.
Anggota komunitas literasi terus bertambah
Sementara itu, salah satu komunitas yang aktif dalam memajukan literasi di Kota Semarang adalah Bookclub Semarang. Sejak tahun 2022, komunitas ini secara konsisten mengadakan pertemuan mingguan di Taman Indonesia Kaya.
Ketua Bookclub Semarang, Rasyid Muliya Irawan, mengakui, semakin banyak anak muda tertarik bergabung dalam kegiatan ini. Jumlah anggota yang terus bertambah semakin menegaskan bahwa minat baca anak muda Semarang menunjukkan peningkatan.
“Sekarang kami udah sampai [punya] tiga grup WhatsApp, dan salah satu grupnya bisa sampai 900 orang. Kalau menurut saya, sekarang minat baca anak-anak muda di Semarang udah bagus banget,” ucapnya.
BACA JUGA: Bagikan Pengalaman Baca Buku di Medsos, Nisa Ubah Instagram Pribadi Jadi Bookstagram
Rasyid menilai, media sosial berperan penting sebagai sarana untuk membangkitkan minat baca di kalangan anak muda. Apalagi, adanya fenomena Fear of Missing Out (FOMO) hingga “bookstagram” di kalangan anak muda.
Dengan dua hal itu, kata Rasyid, anak muda akan berlomba-lomba membagikan aktivitas membaca, mulai dari membaca buku di kafe hingga berbagi review buku.
“Mungkin awalnya biar kelihatan pinter, intelek, tapi menurut saya itu bagus. Karena memang untuk memulai kebiasaan biasanya harus ada pancingan sama hal-hal yang menggiurkan. Barangkali setelah itu jadi terbiasa untuk bawa buku ke kafe,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi