“Pesannya, selalu kita mempunyai misi supaya anak-anak muda khususnya di Semarang bisa menikmati seni rupa. Supaya kehidupan seni rupa di Semarang bisa hidup. Anak-anak muda tidak perlu jauh-jauh ke Jogja, Bandung atau Jakarta untuk sekadar melihat pameran seni rupa, tapi di Semarang pun bisa dan cukup berkualitas,” lanjutnya.
Hadirkan seniman yang tidak hanya melukis ke Semarang Contemporary Art Gallery
Menghadirkan ketiga seniman kondang tanah air tersebut tentu bukan tanpa alasan. Salah satu alasannya, jelas Chris, adalah lantaran ketiganya memiliki asal kota yang berbeda yaitu Semarang, Yogyakarta, dan Bandung.
Selain itu, Chris menambahkan bahwa karir ketiga seniman yang tidak hanya fokus pada melukis juga menjadi salah satu alasan terpilihnya Klowor Waldiyono, Rudy Mordock, dan Pidi Baiq dalam satu pameran.
“Alasan kedua, mayoritas dari tiga seniman tidak hanya menjalani karir sebagai pelukis. Seperti Pidi Baiq yang juga sebagai penulis dan musisi. Itu alasannya saya memamerkan mereka karena seri rupa itu sebetulnya akrab dengan seni-seni yang lain,” ungkapnya.
BACA JUGA: Kenalkan Pemilu 2024, SMK Muhammadiyah 1 Semarang Kemas Demokrasi dalam Pameran Seni
Sementara itu, Pidi Baiq yang akrab dipanggil “Ayah” turut menyampaikan rasa terima kasihnya kepada warga Semarang yang telah menyambut baik pameran ini. Ia menyebut, pameran kali ini bukan pameran biasa melainkan juga menjadi ajang para seniman untuk saling silaturahmi.
“Ada 6 karya, baru buat 3 bulan sebelum pameran jadi saya terpaksa ngelukis, biasanya banyak ibadah, sodaqoh. Ini membawa pesan bahwa saya bisa melukis,” jelasnya sambil bergurau. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi