SEMARANG, beritajateng.tv – Pembagian daging kurban menggunakan kantong plastik sekali pakai di Kota Semarang mulai banyak masyarakat tinggalkan.
Hal tersebut sesuai imbauan yang Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu keluarkan tentang penggunaan wadah daging kurban yang ramah lingkungan.
Meski masih ada yang menggunakan kantong plastik. Namun sebagian besar panitia kurban di kampung-kampung mulai sadar untuk menekan penggunaannya. Mereka bahkan mengganti dengan bahan yang lebih ramah lingkungan.
BACA JUGA: Mbak Ita Nyate Bareng Ratusan Anak Panti Asuhan Yayasan DAIGI Semarang
Seperti warga Kalicari, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang. Warga lebih memilih untuk menggunakan besek bambu untuk bungkus daging kurban yang akan pihaknya bagikan ke masyarakat.
Begitu juga di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Jalan Gajah Raya, Kota Semarang saat Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriah. Di sana, pembungkus daging kurban sudah mulai beralih ke besek bambu.
Gunakan Wadah Ramah Lingkungan
Humas MAJT, Benny Arief Hidayat mengatakan, penggunaan wadah non-plastik itu telah berlangsung sejak MAJT pertama kali berdiri.
“Sejak awal, artinya tidak hanya plastik. Sebagian besar kami menggunakan wadah dari besek,” kata Benny, Selasa 18 Juni 2024.
Meski belum sepenuhnya menggunakan wadah non-plastik. Benny mengatakan jika MAJT terus mendukung gerakan ramah lingkungan yang pihaknya wujudkan sebagian besar dengan memakai besek. “Kami mendukung gerakan non-plastik untuk ramah lingkungan,” ujarnya.
Hal senada kata Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Semarang, Ahmad Fuad yang menyebut pembagian daging kurban telah menggunakan wadah ramah lingkungan.
Sebagian besar masjid di Kota Semarang, kata Fuad, telah menerapkan penggunaan wadah non-plastik. Seperti besek, daun jati, daun pisang, hingga daun lompong.
“Ini kami mendukung gerakan ramah lingkungan, plastik itu tidak ramah lingkungan karena sulit terurai,” kata Ahmad Fuad.
Fuad mengungkapkan, gerakan ramah lingkungan itu merupakan dorongan dari Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu. Mbak Ita, sapaannya, meminta menghindari penggunaan plastik sekali pakai dalam pembagian daging kurban.