Pendidikan

Guru TK di Semarang Belajar Wayang Suket, Dalami Budaya hingga Pendidikan Karakter

×

Guru TK di Semarang Belajar Wayang Suket, Dalami Budaya hingga Pendidikan Karakter

Sebarkan artikel ini
Guru TK se-Kecamatan Pedurungan usai pelatihan wayang suket
Guru TK se-Kecamatan Pedurungan usai pelatihan wayang suket sebagai media pembelajaran dalam Projek Kepemimpinan Rombel A PPG Calon Guru Unnes Gelombang 2 Tahun 2024 di TKN Pedurungan.

SEMARANG, beritajateng.tv – Pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Di Kota Semarang, penguatan pembelajaran yang menyenangkan dilakukan dengan pendekatan media wayang suket.

Belasan guru TK se-Kecamatan Pedurungan mengikuti pelatihan wayang suket sebagai media pembelajaran dalam Projek Kepemimpinan Rombel A PPG Calon Guru Unnes Gelombang 2 Tahun 2024 di TKN Pedurungan.

Kepala TKN Pedurungan, Christina Tri Suprihani menjelaskan, pelatihan itu bertujuan untuk menyiapkan guru agar bisa menguasai materi muatan lokal. Mengingat Dinas Pendidikan Kota Semarang telah mewajibkan materi muatan lokal tiap hari Jumat.

“Disdik menekankan di sekolah ada muatan lokal di hari Jumat, seperti tembang dolanan, geguritan, dongeng, permainan tradisional. Misalnya dongeng bisa di lakukan dengan wayang suket sebagai media bercerita,” kata Christina kepada beritajateng.tv, Selasa, 25 Februari 2025.

BACA JUGA: Gelar Wayang Kulit dengan Tiga Dalang, Sumanto Harap Masyarakat Tak Lupakan Budaya Adiluhung Bangsa

Christina mengatakan, wayang suket adalah wayang yang terbuat dari suket atau tanaman mendong, yang dulunya merupakan bahan tikar.

Dengan bentuknya yang unik, wayang suket bisa menjadi media pembelajaran yang gampang menarik perhatian siswa.

“Guru selama ini tidak paham kalau ternyata media bercerita ada wayang suket. Karena biasanya menggunakan boneka, buku, atau wayang kulit tiruan. Ternyata ada wayang suket yang menarik,” ujarnya.

Tanamkan karakter baik lewat wayang suket

Lebih lanjut, Christina menyebut jika penggunaan wayang suket dalam pembelajaran sesuai dengan konsep deep learning yang tengah berjalan.

Dengan penggunaan media yang anti-mainstream itu, kata dia, guru bisa mendorong siswa untuk lebih mengeksplor apa yang sedang mereka pelajari. Selain itu, materi juga jadi lebih bermakna dengan pembelajaran yang menyenangkan.

“Jadi pembelajaran yang mindfull dan joyfull, sehingga anak tertarik untuk menyampaikan, mengomunikasikan, mengekspresikan sesuai pemahaman dia,” kata Christina.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan