SEMARANG, beritajateng.tv – Harga rokok pabrikan di Indonesia kian mahal seiring kenaikan Cukai Hasil Tembakau (CHT). Oleh karena itu, tak sedikit perokok yang kemudian mencari opsi lain untuk mengurangi pengeluaran mereka. Salah satu solusinya adalah dengan beralih ke rokok ngelinting dewe (melinting sendiri) alias tingwe.
Pemilik Wonkran Cigarette & Tobacco Shop, Aditya Sakti, menuturkan bahwa kenaikan harga rokok pabrikan akhir-akhir ini membuat toko tembakau miliknya semakin ramai. Apalagi, tingwe terbilang jauh lebih murah dan irit sehingga menjadi pilihan para perokok.
“Tingwe lebih murah jauh, 50 gram tembakau bisa jadi 50 sampai 70 batang, dengan harga Rp8 ribu, padahal kalau beli satu bungkus isi 12 harganya bisa Rp30 rb, kalau pada mau ngirit pasti milih tingwe,” katanya saat beritajateng temui di tokonya yang beralamat di Jalan Wonodri Krajan 3 Nomor 8, Wonodri, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.
Aditya menjelaskan, harga tembakau tidak mengalami perubahan yang signifikan lantaran pemerintah hanya menerapkan CHT untuk rokok jadi produksi pabrikan. Sementara tembakau hanya kena cukai tembakau yang cenderung stagnan tiap tahunnya.
BACA JUGA: Ada Green Tea hingga Anggur Merah, Wonkran Cigarette & Tobacco Shop Jual Tembakau Berbagai Rasa
Ia bahkan beranggapan bahwa penerapan cukai rokok yang tinggi dari pemerintah merupakan langkah yang baik dalam menghargai petani tembakau.
“Nanti ujung-ujungnya memang pada ngelinting semua, kalau saya sih nggak papa harga rokok naik terus, karena yang diuntungkan kan kami, penjual tembakau dan petani tembakau,” lanjutnya.
Untuk rokok tingwe memang hanya membutuhkan modal yang sedikit. Berbekal tembakau Rp8 ribu, alat pelinting Rp5 ribu, kertas Rp1 ribu, dan lem kertas Rp4 ribu, perokok bisa membuat puluhan batang rokok hanya dengan modal belasan ribu rupiah saja.