“Lalu, saat perayaan Natal maupun Paskah tingkat kota saat ini juga dalam kegiatan yang sama, dahulu hal tersebut dilakukan secara terpisah. Hal ini dapat terlaksana juga berkat peran FKUB, dan tentu saja masyarakat,” pungkasnya.
Lebih lanjut Hendi juga mengenang adanya kasus di Kota Semarang terkait siswa SMK yang tidak dapat naik kelas karena memeluk aliran kepercayaan. Persoalan tersebut kemudian ditekankannya dapat diselesaikan dengan baik.
“Di sekolah ini tidak ada ujian pelajaran aliran kepercayaan pak wali, sehingga saya tidak naik kelas,” cerita Hendi.
“Baik, FKUB komunikasi dengan tokoh aliran kepercayaan, beliau buat soal untuk dikerjakan siswa tersebut, sehingga ada nilainya dan bisa naik kelas. Jadi persoalannya bukan agama, tetapi nilai di kolom mapel agama harus diisi,” lanjut Wali Kota Semarang tersebut.
Sementara itu, Bobby Nasution, Wali kota Medan, mengungkapkan jika dirinya ingin menjadikan Kota Semarang sebagai percontohan karena kerukunan umat beragama bisa berjalan dengan baik. Menurutnya, Medan sebagai kota multi etnis ini mempunyai potensi sekaligus ancaman akan kerukunannya. Karena itu, ia ingin mengetahui cara Kota Semarang dalam mengelola keberagaman. Ia berharap apa yang belum ada di Kota Medan dari Kota Semarang dapat diaplikasikan agar meningkatkan kerukunan di Kota Medan.
“Banyak yang telah dibangun oleh Pak Hendi dan jajaran pemerintahannya yang membuat Kota Semarang semakin mandiri. Kota Semarang juga pernah menjadi kota harmoni (memenangkan Harmony Award dari menteri agama). Kalau boleh Pak Wali, menangnya bagi-bagi sama Kota Medan gitu lah Pak,” canda Bobby. (Ak/El)