JatengKesehatan

HIV Blora 2025: Angka Kasus Turun, Namun Tantangan Besar Ada pada Kelompok Usia Produktif

×

HIV Blora 2025: Angka Kasus Turun, Namun Tantangan Besar Ada pada Kelompok Usia Produktif

Sebarkan artikel ini
Wakil Bupati Blora, Sri Setyorini (tengah) pimpin rapat penanganan HIV. (Heri/beritajateng.tv)
Wakil Bupati Blora, Sri Setyorini (tengah) pimpin rapat penanganan HIV. (Heri/beritajateng.tv)

Di akhir sambutan, Wakil Bupati memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh tenaga kesehatan, relawan, komunitas peduli HIV, serta para pemangku kepentingan yang telah bekerja keras selama ini.

“Perjuangan ini tidak bisa hanya satu pihak saja yang melakukan. Butuh kolaborasi lintas sektor—pemerintahan, dunia pendidikan, tokoh agama, organisasi pemuda, hingga keluarga. Untuk memastikan keberlanjutan layanan dan melindungi kelompok rentan dari risiko penularan,” tambahnya.

Di kesempatan yang sama, Ketua TP PKK Kabupaten Blora, Ainia Shalichah mengajak seluruh peserta untuk tetap menjaga harapan, menguatkan diri, dan tidak merasa sendirian dalam menghadapi kondisi mereka. Ia menegaskan bahwa setiap manusia memiliki nilai yang sama di mata Tuhan, tanpa memandang sakit atau sehatnya seseorang.

“Allah SWT tidak melihat jabatan, status, sehat atau sakitnya kita. Yang dilihat adalah hati kita dan bagaimana kita menjalani kehidupan dengan ikhlas dan tetap berusaha,” ujar Ainia di hadapan para penyintas.

Ia juga mengapresiasi keteguhan hati para peserta dalam menjalani pengobatan dan proses pendampingan. Menurutnya, perjalanan hidup yang penuh ujian justru dapat menjadi ruang untuk tumbuh lebih kuat dan bermanfaat bagi orang lain.

BACA JUGA: Dewi Ratnasari Terpilih Jadi Ketum IDI Cabang Blora, Soroti Maraknya Kasus HIV/AIDS

Ainia menekankan pentingnya menjaga keberlanjutan layanan HIV, termasuk akses obat, layanan konseling, hingga pendampingan psikososial. Ia mendorong seluruh pihak—pemerintah daerah, tenaga kesehatan, komunitas pendamping, hingga keluarga. Hal ini untuk terus memastikan bahwa penyintas HIV mendapatkan layanan tanpa diskriminasi.

“Organisasi dan komunitas harus menjadi wadah yang aman dan inklusif. Tempat kita saling berbagi, saling mendengarkan, dan saling menguatkan,” ungkapnya. (*)

Editor: Farah Nazila

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan