“Ini sinyal bahwa Prabowo mencoba menyeimbangkan kepentingan antara Barat dan Timur. Dia tidak sepenuhnya meninggalkan jalur lama, tapi gayanya jauh lebih aktif,” ujar Taufiq.
Pendekatan ini membuka ruang bagi kemitraan baru dengan berbagai negara, termasuk India, yang memiliki posisi strategis di kawasan Indo-Pasifik.
Kedekatan diplomatik Indonesia dan India semakin menguat dengan penandatanganan lima nota kesepahaman (MoU) oleh pemerintah kedua negara. Penandatanganan oleh Presiden Prabowo Subianto dan Narendra Modi berlangsung di Hyderabad House, New Delhi, Sabtu, 25 Januari 2025. lalu.
Mengutip pernyataan resmi dari laman presidenri.go.id, kelima kerja sama tersebut mencakup bidang kesehatan, pengawasan obat tradisional, pengembangan digital, keamanan maritim, dan pertukaran budaya periode 2025–2028.
“Dalam diskusi kami di bidang perdagangan, investasi, pariwisata, kesehatan, energi, kerja sama keamanan, AI, digital IT, energi, kami sepakat untuk memperkuat kerja sama ini,” ujar Prabowo dalam keterangan pers bersama Modi.
Strategi luar negeri Indonesia bergerak menuju diplomasi multipolar. Prabowo berusaha menjaga hubungan baik dengan berbagai kekuatan besar sambil memperkuat hubungan bilateral strategis seperti dengan India.
Di saat yang sama, Dipanjan mengingatkan pentingnya dimensi budaya dan media dalam menopang diplomasi. Dukungan finansial bagi jurnalis dan pemanfaatan media sosial dapat memperluas pemahaman masyarakat lintas negara.
“Hubungan politik dan ekonomi tidak cukup tanpa koneksi budaya dan media yang kuat,” ujarnya.
Dengan kerja sama baru yang telah diteken dan manuver diplomasi aktif, hubungan Indonesia–India berpotensi menjadi salah satu poros penting dalam lanskap geopolitik kawasan Indo-Pasifik. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi