Sejarah dan Simbolisme Logo Jolly Roger
Dalam sejarah bajak laut tradisional, Jolly Roger berupa tengkorak dan tulang bersilang menandakan peringatan. Namun, di dunia One Piece, setiap kru menggunakan desain yang personal. Bendera Topi Jerami milik Luffy menyampaikan makna yang lebih dalam.
1. Simbol tengkorak dan tulang bersilang melambangkan penolakan terhadap ketidakadilan dan hidup di luar aturan pemerintah dunia yang represif.
2. Topi jerami adalah warisan dari tokoh legendaris Shanks yang melambangkan janji, tekad, mimpi besar, serta kebebasan sejati.
Logo tersebut bukan sekadar simbol bajak laut, tetapi lambang perjuangan melawan tirani dan kebebasan yang dijunjung tinggi oleh para penggemarnya.
Hubungan dengan Tema Resmi HUT RI ke 80
Pemerintah telah menetapkan tema resmi untuk peringatan kali ini yakni “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”. Tema ini menggarisbawahi pentingnya persatuan, kedaulatan, dan kesejahteraan rakyat sebagai visi menuju kemajuan nasional.
BACA JUGA: Ketika Jolly Roger Berkibar Jelang HUT RI ke 80, Kritik Sosial Lewat Simbol Bajak Laut
Meski begitu, munculnya bendera One Piece menjadi pengingat bahwa semangat merdeka tidak sekadar soal simbol di upacara. Ada keresahan karena realitas tak selalu mencerminkan cita-cita tersebut. Ekspresi dengan bendera ini sebagai jeritan sosial, berharap kemerdekaan yang hakiki terasa dalam keseharian masyarakat, bukan hanya seremoni formal.
Fenomena ini memicu pro dan kontra. Sebagian melihatnya sebagai bentuk kegembiraan kreatif anak muda, sebagian lagi menganggapnya melemahkan makna sakral Merah Putih.
Fenomena bendera One Piece yang viral menjelang HUT RI ke 80 bukan sekadar tren. Pengibarannya sarat makna yakni simbol protes, panggilan agar nilai kebebasan dan keadilan yang dijunjung tinggi benar-benar dirasakan.
Bendera itu bukan menggantikan Merah Putih, tetapi menjadi cermin kritik terhadap kondisi bangsa yang belum memenuhi janji kemerdekaan sejati. HUT RI ke 80 menjadi momentum refleksi bagi seluruh warga Indonesia tentang bagaimana merayakan kemerdekaan bukan hanya lewat upacara, tapi lewat perubahan nyata. (*)