SEMARANG, beritajateng.tv – Jalur utama Semarang–Yogyakarta tak hanya menawarkan pemandangan perbukitan dan danau Rawa Pening yang indah. Saat memasuki wilayah Ambarawa, Kabupaten Semarang, tepatnya di Desa Ngampin, deretan warung kecil berjajar rapi di pinggir jalan. Warung-warung ini menjajakan jajanan tradisional khas yang sudah melegenda yaitu serabi Ngampin.
Sekilas, serabi Ngampin tampak serupa dengan serabi pada umumnya. Namun ukurannya lebih kecil, dan cara pengolahannya masih mempertahankan metode tradisional. Proses masak adonan tepung beras di atas tungku tanah liat menggunakan bara api, lalu disiram kuah santan yang dicampur gula Jawa.
Perpaduan rasa gurih dan manis berpadu dengan aroma asap pembakaran, membuat serabi Ngampin memiliki cita rasa khas yang sulit tertandingi. Bagi pembeli, keunikan lain adalah mereka bisa menyaksikan langsung proses pembuatan serabi di warung. Serabi pun tersaji hangat karena pembuatannya sesuai pesanan.
“Kalau makan serabi panas-panas, rasanya lebih lembut dan gurih,” tutur Paryanti, salah seorang pedagang.
BACA JUGA: Langkah Timnas Muda Indonesia Terhenti, Ini Jadwal Lengkap Pertandingan Babak 16 Besar Piala Dunia U-17
Paryanti bukan nama baru dalam jajaran pedagang serabi di Ngampin. Ia sudah akrab dengan serabi sejak kecil, karena kedua orang tuanya juga berjualan.
“Dari SD sudah bantu-bantu. Saya sudah berjualan sekitar 20 tahunan,” ujarnya.
Hingga kini, ia masih menggunakan resep warisan keluarga yang secara turun-temurun. Serabi bagi warga Ngampin bukan sekadar makanan, melainkan sumber penghidupan utama.
Hampir setiap rumah memiliki tungku untuk membuat serabi, dan kini ada sekitar 87 pedagang yang menggantungkan ekonomi keluarga dari jajanan ini. Beberapa di antaranya bahkan sudah memiliki pelanggan tetap dari luar kota.