“Persepatuan brand internasional itu hampir semua ada produksinya di Jawa Tengah. Mulai dari Nike, Adidas, Reebok, Onitsuka, Hoka, sampai Converse. Jadi begitu labelnya ‘made in Indonesia’, ya itu dari Jawa Tengah, dan ekspornya ke Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa,” tutur Sakina.
DPMPTSP siapkan data kawasan industri dan pabrik siap sewa
Meski peluang investasi meningkat, Sakina mengatakan saat ini DPMPTSP masih menunggu hitungan resmi dari kementerian terkait nilai investasi yang berpotensi masuk ke Jawa Tengah.
“Belum ada angka pasti, tapi kami dari kementerian, baik dari Kedeputian Promosi, diminta data untuk tiga hal, pertama kawasan peruntukan industri (KPI), kedua kawasan industri yang siap, dan ketiga pabrik yang bisa disewakan,” jelasnya.
Ia menambahkan, DPMPTSP kini tengah mendata bangunan dan lahan industri yang bisa langsung menjadi relokasi investor. Pendataan ini berjalan bekerja sama dengan pemerintah pusat dan pelaku industri terkait.
“Beberapa calon investor sudah langsung ke kementerian kemudian kontak ke kami untuk kami lakukan pendampingan. Tapi jumlah nilai investasinya belum kami data karena belum sampai ke letter of intent,” ungkap Sakina.
Menurutnya, begitu calon investor menyampaikan nota kesepahaman (MoU) atau minat investasi, pemerintah baru akan bisa menghitung potensi nilai investasi, jumlah tenaga kerja terserap, serta lokasi yang diinginkan.
Ia menegaskan, sebagian besar calon investor yang mengajukan minat relokasi berasal dari China. Mayoritasnya masih bergerak di bidang manufaktur alas kaki.
“Yang kebanyakan itu memang dari China karena penerapan tarif 100 persen oleh Trump. Imbasnya, relokasi ke Indonesia termasuk ke Jawa Tengah,” ujarnya.
Sakina berharap, kebijakan perdagangan global ini justru menjadi momentum bagi Jawa Tengah untuk memperkuat posisinya sebagai destinasi investasi manufaktur berorientasi ekspor.
“Jadi mungkin ada kenaikan tarif, tapi di satu sisi ada relokasi dari negara lain yang ke Jawa Tengah. Ini saatnya kita manfaatkan peluang itu,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi