Jateng

Indeks Pembangunan Manusia Jateng Terendah di Pulau Jawa, Begini Saran Profesor FEB Undip

×

Indeks Pembangunan Manusia Jateng Terendah di Pulau Jawa, Begini Saran Profesor FEB Undip

Sebarkan artikel ini
Indeks Pembangunan Manusia
Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro, Akhmad Syakir Kurnia, saat beritajateng.tv jumpai usai menghadiri Focus Group Discussion bertema "Ketahanan Ekonomi Jateng di Masa Sableng" pada Rabu, 16 Juli 2025. (Made Dinda Yadnya Swari/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Tengah terendah daripada provinsi tetangga seperti D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), IPM di Jateng pada tahun 2024 ialah 73,87. Sementara Jabar 74,92, Jatim 75,35, dan D.I. Yogyakarta mencapai 81,55.

Menanggapi itu, Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro, Akhmad Syakir Kurnia, pun angkat bicara.

Saat beritajateng.tv jumpai usai menghadiri Focus Group Discussion (FGD) bertema “Ketahanan Ekonomi Jateng di Masa Sableng” pada Rabu, 16 Juli 2025, Syakir menegaskan IPM merupakan hasil investasi di bidang sosial yang sifatnya jangka panjang.

“IPM itu akumulasi dari investasi sosial yang panjang. Kita tidak akan bisa mengubahnya dalam waktu satu tahun atau dua tahun saja ya,” ungkap Syakir.

BACA JUGA: Cenderung Menguat, Begini Perkembangan Indeks Menabung & Kepercayaan Konsumen April 2025

Bukan tanpa alasan bagi Syakir mengapa IPM Jateng bisa rendah jika dibandingkan dengan provinsi tetangganya. Hal utama menurutnya ialah titik awal yang berbeda. Untuk mengejar kenaikan IPM Jateng, kata Syakir, butuh investasi yang besar di bidang pendidikan dan kesehatan.

“Mengapa IPM kita terendah? Mungkin saja karena kondisi awal [Jateng] daripada provinsi lain berangkatnya sudah berbeda. Untuk bisa mengejar ketertinggalan itu ya memang butuh effort luar biasa, investasi di bidang pendidikan dan bidang kesehatan yang lebih besar,” tegasnya.

Tak laiknya investasi di bidang ekonomi, tutur Syakir, hasil dari investasi Sumber Daya Manusia (SDM), dalam hal ini pendidikan dan kesehatan, tak menampakkan hasil yang langsung atau instan.

“Jangan dibayangkan investasinya langsung bisa mengubah indikator itu tahun depan atau dua tahun lagi. Sekarang bayangkan, yang namanya IPM itu komponennya terdiri dari pendidikan dan kesehatan, pendidikan itu rata-rata lama sekolah. Misalnya saya terhitung rata-rata lama sekolahnya 6 tahun saat ini, berarti kan saya berkontribusi terhadap IPM Jateng; tahun depan saya masih akan terhitung lagi tapi kondisinya [IPM] masih sama,” jelasnya.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan