Eddy menilai kampus punya peran penting sebagai penggerak ide dan inovasi. Ia mengajak mahasiswa untuk andil memberikan gagasan yang bisa dijadikan masukan bagi kebijakan nasional.
“Saya jadikan MPR bukan hanya rumah kebangsaan, tapi juga rumah kolaborasi. Ide-ide akademis dari kampus harus menjadi masukan penting bagi pemerintah,” ungkapnya.
Pihaknya juga mengingatkan pentingnya langkah kecil yang bisa menghemat energi. Harapannya, masyarakat lebih aware terhadap kondisi lingkungan.
“Matikan lampu dan kipas saat meninggalkan kamar. Pisahkan sampah organik dan anorganik. Ingatkan teman. Krisis iklim tidak bisa pemerintah saja yang mengatasi, semua harus bergerak,” bebernya.
Sementara Rektor Unimus, Prof. Masrukhi, menyampaikan melalui kuliah umum ini harapannya mahasiswa memiliki sikap peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Yakni mulai dari langkah kecil dengan bertanggung jawab terhadap sampah mereka sendiri.
“Sehingga nanti ketika mereka lulus dari Unimus, mereka memiliki sikap-sikap yang baik terhadap kepedulian lingkungan,” kata Prof Masrukhi.
Sedangkan langkah nyata yang telah Unimus lakukan yakni turut serta dalam menjaga lingkungan melalui Hutan Wakaf.
“Kami punya Hutan Wakaf. Intinya adalah bagaimana kami melakukan penanaman serentak, melakukan penghijauan, dan menciptakan green campus. Itu menjadi cita-cita Unimus untuk menjalankan pembangunan kembali iklim yang sehat,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi