SEMARANG, beritajateng.tv – Saat ini, pemuda menjadi kekuatan utama dalam berbagai sektor, termasuk dunia politik. Hal itulah yang menjadi fokus utama dalam kegiatan doa bersama pemuda Kota Semarang pada Kamis, 5 Oktober 2023.
Menurut Fauzi Ardiansyah, koordinator Bolonemase, pemuda Indonesia harus bersiap sejak dini menghadapi kedatangan generasi muda yang akan menjadi bonus demografi bangsa.
Fazui menambahkan, para pemuda harus berani mengambil risiko, memanfaatkan peluang, dan menguasai teknologi di era disrupsi saat ini. Pemimpin muda, kata Fauzi, harus terus belajar dan siap berkontribusi untuk kemajuan Indonesia.
“Pemuda harus bisa menjadi pemimpin yang berani mengambil inisiatif, tetapi tetap berbudaya dan humanis. Pemimpin yang mau terus belajar dan yang terlebih penting menjadi pemimpin muda yang siap berkontribusi untuk kemajuan Indonesia,” tutur Fauzi.
Menurutnbyam, semangat generasi muda harus diarahkan ke berbagai sektor, termasuk politik. Politik, lanjut Fauzi, meskipun bukan segala-galanya, sangat memengaruhi berbagai program dan kebijakan.
“Politik memang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya banyak dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan politik,” imbuhnya.
Kriteria usia minimal 40 tahun tak lagi relevan untuk pemuda jadi pemimpin dalam politik
Dalam Pemilu 2024, perkiraan suara pemilih muda akan lebih dominan, yakni mencapai hampir 60 persen dari total pemilih. Oleh karena itu, kriteria usia minimal 40 tahun untuk presiden, menurut Fauzi, tidak lagi relevan untuk pemimpin muda.
Banyak negara di dunia memiliki pemimpin di bawah usia 40 tahun, seperti Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara yang berusia 35 tahun, dan Sanna Marin, Perdana Menteri Finlandia yang berusia 34 tahun.
Fauzi mencatat bahwa di masa lalu, Indonesia pernah memiliki Sutan Syahrir yang terdapuk sebagai Perdana Menteri pada usia 36 tahun.