Ia juga mengungkapkan bahwa AF Semarang saat ini tengah membantu menerjemahkan beberapa karya Murti ke dalam bahasa Prancis. Dengan begitu, akan ada lebih banyak pembaca internasional yang mengenal sastra anak Indonesia.
“Murti memang seorang pendongeng yang luar biasa. Saat tsunami Aceh dulu, beliau membantu anak-anak pulih dari trauma dengan dongeng. Kini, kami berupaya menerjemahkan buku-buku Murti ke dalam bahasa Prancis agar karyanya bisa menjangkau lebih luas,” ungkap Kiki.
BACA JUGA: Bermula Obrolan Tongkrongan, 8 Mahasiswa Unisbank Semarang Gugat UU Pemilu ke MK
Selain itu, ia menyoroti pentingnya literasi anak di Indonesia yang saat ini mengalami penurunan. Padahal, menurutnya, budaya membaca adalah bagian penting dalam membangun kualitas sumber daya manusia suatu negara.
“Para mahasiswa yang nantinya akan menjadi pemimpin di masa depan harus memiliki visi yang kuat terhadap literasi, terutama bagi anak-anak. Sebab, kualitas suatu bangsa juga ditentukan dari generasi mudanya,” tambahnya.
Ia berharap diskusi ini dapat menginspirasi mahasiswa untuk lebih peduli terhadap sastra anak dan mempopulerkan *dongeng sebagai bagian dari budaya literasi* di Indonesia.
“Harapannya, dengan memberikan wawasan baru kepada mahasiswa, mereka bisa ikut berkontribusi dalam memajukan literasi anak dan menjadikan dongeng sebagai salah satu cara mendidik yang efektif. Bagaimanapun, kemajuan negara sangat bergantung pada generasi mudanya,” pungkas Kiki. (*)
Editor: Farah Nazila
Respon (1)