Semakin dipermudah, semakin kita ‘dimanjakan’ oleh ChatGPT yang mengakomodasi rasa malas hingga melemahkan kemampuan analitik seseorang dalam membaca isu.
Ketergantungan pada AI ini juga dapat membuat seseorang tidak minat membaca. Seperti data dari UNESCO, hanya 0,001% masyarakat Indonesia yang memiliki minat baca. Artinya dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang suka dan aktif membaca.
Sebelumnya, sempat ramai pernyataan dari Prof. Stella Christy, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Indonesia 2024, yang menegaskan untuk tidak 100 persen mengandalkan kecanggihan teknologi AI. Jawaban dari ChatGPT pun ia katakan tak 100 persen benar alias banyak jawaban palsu yang tak sesuai dengan ketentuan yang ada.
Sebagai seorang yang progresif, berkeinginan tinggi untuk selalu belajar, kita harus menyadari bahwa ChatGPT maupun produk AI merupakan simulasi kecerdasan buatan dalam bentuk mesin. Artinya, selalu ada celah yang tak akurat dalam penyajian informasinya.
BACA JUGA: Agustina Wilujeng Janjikan Reward untuk ASN dan Perbaikan Kinerja Pelayanan di Semarang
Apa yang bisa kita lakukan untuk mempertajam ingatan?
Dalam belajar, memori adalah hal yang penting untuk terus dikembangkan. Sebab, working memory bertugas untuk memahami informasi baru dan memprosesnya dalam otak.
Maka, metode pembelajaran yang bisa dilakukan adalah elaborasi, yakni menulis dan menjelaskan kembali informasi tersebut.
Sebuah penelitian oleh Association for Psychological Science menunjukkan bahwa proses elaborasi memperkuat koneksi antara berbagai bagian informasi di otak, sehingga memori lebih tahan lama.
Farah Nazila
Editor beritajateng.tv