“Jadi kalau satu SPPG ingin masyarakat sekitar pasok, maka setahun harus ada 24 hektar luas panen padi. Ya, berapa luas lahan? Kalau tanaman padi itu satu untuk kali setahun, maka butuh 24 hektar. Tetapi kalau tanam dua kali, maka satu SPPG butuh 12 hektar luas lahan padi,” sambung Dadan.
Perhitungan serupa juga berlaku untuk bahan pangan lainnya. Untuk sekali makan dengan menu pisang bagi tiga ribu anak, kata Dadan, perlu sekitar 150 sisir atau 15 tandan pisang.
“Artinya, satu kali makan kita menebang 15 pohon pisang. Kalau dua kali, jadi 30 pohon. Dalam sebulan 120 pohon, dan setahun bisa 1.440 pohon. Itu setara dengan 1,5 hektar lahan pisang,” lanjut Dadan.
BACA JUGA: Wakil Kepala BGN Menangis Marak Keracunan MBG, Hersubeno: Kepalanya Malah Remehkan Kasus
Ia menilai, skala kebutuhan bahan baku tersebut akan menumbuhkan rantai pasok baru di daerah, mulai dari petani, peternak, hingga pelaku usaha kecil di sekitar lokasi SPPG.
Hal serupa juga terjadi pada komoditas ikan lele dan telur ayam. Dalam satu kali makan berbahan lele, satu SPPG membutuhkan sekitar tiga ribu ekor lele.
Jumlah itu, kata Dadan, setara dengan kebutuhan dua kolam bioflok ukuran dua meter. “Satu bulan butuh delapan kolam bioflock. Empat bulan, 32 kolam,” jelasnya.
Sedangkan untuk menu telur, satu SPPG yang melayani tiga ribu anak setiap hari memerlukan tiga ribu butir telur. Dengan asumsi satu ayam hanya bertelur 0,8 butir per hari, tutur dia, maka butuh sekitar empat ribu ayam petelur dengan lima kandang sebagai cadangan produksi.
“Untuk memelihara empat ribu ayam, butuh 18 hektar luas panen jagung karena 50 persen pakan ayam itu jagung,” terangnya.
Dadan menegaskan, besarnya kebutuhan bahan baku untuk tiap SPPG akan menjadi peluang bagi sektor pangan lokal untuk tumbuh. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi