“Sore ini hanya ada satu kata: Lawan! Lawan represi! Lawan intimidasi! Hidup jurnalis! Angkat kamera kalian tinggi-tinggi kawan-kawan jurnalis,” tekannya.
Turut Aksi Kamisan, jurnalis di Semarang tuntut kebebasan pers
Sementara itu, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Semarang, Aris Mulyawan, juga menyampaikan kekhawatiran terhadap iklim media di Jawa Tengah. Menurutnya, kebebasan pers saat ini semakin memprihatinkan.
“Jawa Tengah darurat kebebasan pers. Jawa Tengah darurat keamanan bagi jurnalis. Akhir-akhir ini seperti kekerasan terhadap jurnalis terus meningkat,” ujar Aris.
Ia juga menyoroti bahwa tekanan dan intimidasi tidak hanya jurnalis media arus utama alami. Akan tetapi juga oleh pers mahasiswa di berbagai kampus.
“Ketika jurnalis diintimidasi, ketika kebebasan berpendapat dibungkam, ketika kebebasan akademik dihabiskan, maka ini pertanda demokrasi di negeri ini sudah mati,” tekannya.
BACA JUGA: Kecam Kekerasan Ajudan Kapolri Terhadap Jurnalis, Begini Pernyataan Sikap PFI dan AJI Semarang
Salah satu bentuk intimidasi terhadap pers mahasiswa terjadi di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Justisia, UIN Walisongo. Dimas, salah satu anggota LPM Justisia, menceritakan insiden yang terjadi saat mereka meliput kedatangan aparat dalam diskusi bertema militerisme.
“Malamnya setelah LPM yang saya ikuti itu membuat berita, malamnya dapat teror. Besok siangnya ada chat dan telepon dari orang asing,” tuturnya.
“[Dia] ngancam kalau enggak ngaku, kan dia nanya siapa penulisnya, siapa ketuanya, kalau enggak ngasih tahu katanya, ‘Saya bakal ke kampus,’” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi