Lebih jauh, menurut Pak Wi, suara PDIP bakal anjlok ketika tidak mencapreskan Ganjar. Pangkalnya, Ganjar adalah kader PDIP.
“Ribuan relawan Pak Ganjar sudah berhasil menyuarakan Pak Ganjar presiden. Otomatis karena Pak Ganjar ada di dalam lingkup PDIP, otomatis, kan, pilih PDI. Gampangannya, kan, begitu,” tuturnya.
“PDIP tidak merekom Pak Ganjar, berapa juta relawan akan pindah suara. Kan, (itu) pasti karena (akan pilih) figur siapa yang terbaik, siapa yang cocok pimpin bangsa ini,” sambung Pak Wi.
PDIP hingga kini belum menentukan capres dan mitra koalisi dalam menghadapi Pilpres 2024. Padahal, sejumlah partai telah bersikap hingga melakukan deklarasi, seperti Gerindra yang mengusung Prabowo, Partai NasDem menjagokan Anies Baswedan, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang mencapreskan Muhaimin Iskandar.
Gerindra dan PKB pun telah sepakat membangun koalisi. Sementara itu, Partai Golkar bersama Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mendirikan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) serta NasDem berpeluang bermitra dengan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Di sisi lain, PDIP santer dikabarkan bakal mengusung Puan Maharani sebagai capres. Apalagi, beberapa kader PDIP kerap menyentil Ganjar. Ketua DPP PDIP, Bambang Wuryanto, salah satunya.
Bambang Pacul, sapaannya, sempat menyatakan, Ganjar harus menaati perintah partai jika menginginkan PDIP meraih kemenangan ketiga pada 2024 mendatang. Pernyataan ini disampaikan dalam mengomentari pose Ganjar di bawah papan reklame bergambar Puan Maharani.
Kritik juga sempat dilayangkan anggota Fraksi PDIP DPR, Trimedya Pandjaitan. Katanya, Ganjar ambisius ingin nyapres dan mempertanyakan kinerjanya selama 8 tahun terakhir dalam memimpin Jateng. (Ak/El)