Politik

Jokowi Sakit dan Batal Calonkan Diri Jadi Ketum PSI, Ini Kata Pengamat Hersubeno Arief

×

Jokowi Sakit dan Batal Calonkan Diri Jadi Ketum PSI, Ini Kata Pengamat Hersubeno Arief

Sebarkan artikel ini
Joko Widodo | Jokowi PSI | Teror Tempo
Pengamat politik Hersubeno Arief. (Foto: YouTube/Hersubeno Point)

SEMARANG, beritajateng.tv – Perayaan ulang tahun ke-64 Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Sabtu, 21 Juni 2025, berlangsung secara sederhana di rumah pribadinya di Kutai Utara, Sumber, Solo.

Namun, perhatian publik justru tertuju pada kondisi wajah Jokowi yang tampak makin berbeda. Hal ini pengamat politik Hersubeno Arief singgung lewat kanal YouTube-nya pada Minggu, 22 Juni 2025.

Dalam video tersebut, Hersubeno menyoroti perubahan fisik Jokowi yang tampak mencolok. “Kalau kita lihat, wajahnya makin gelap dan bercak putihnya semakin dominan. Ini terlihat memburuk,” ujarnya.

Ia juga mempertanyakan klaim alergi kulit yang disebut muncul setelah kunjungan ke Vatikan. “Kalau hanya alergi karena udara, mestinya sudah membaik sejak kembali ke Indonesia,” tambahnya.

BACA JUGA: Jokowi Cenderung Merapat ke PSI, Ini Kata Adi Prayitno

Selain kondisi fisik, Hersubeno juga menyoroti keputusan politik Jokowi yang tak jadi mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Putranya, Kaesang Pangarep, justru mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum PSI di hari yang sama.

“Enggak mungkin bersaing dengan anaknya sendiri, kata Kaesang. Tapi ini tetap menimbulkan tanda tanya besar,” ucap Hersubeno. Ia mempertanyakan apakah keputusan tersebut murni strategi politik atau karena faktor kesehatan Jokowi.

Hersubeno juga menilai ada dilema antara citra PSI sebagai partai anak muda dan sosok Joko Widodo yang sudah dianggap generasi lama. “Kalau Jokowi yang pimpin, PSI bisa berubah menjadi partainya orang tua,” tegasnya.

BACA JUGA: Jokowi Tepis PPP dan Condong ke PSI, Adi Prayitno: Tetap Jadi Kiblat Politik

Meskipun Jokowi tetap tampil di publik dan menyapa pendukungnya, Hersubeno menyebut ada beban besar yang sedang ia tanggung. “Ada tekanan soal ijazah, desakan purnawirawan, dan isu Gibran. Semua ini bisa memicu tekanan berat,” jelasnya.

Keputusan untuk menyerahkan PSI ke Kaesang dinilai sebagai kalkulasi strategis, namun belum tentu menguntungkan.

“Kalau saat Jokowi masih presiden saja PSI gagal masuk parlemen, apalagi sekarang ketika dia sudah tidak berkuasa,” tandas Hersubeno. (*)

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan