Hal tersebut, menurut Juan, lantaran curah hujan sedang tinggi. Terlebih, beberapa wilayah di Kota Semarang sempat terendam banjir.
“Musim hujan apalagi sampai banjir, itu kadang-kadang trombosit turun kecurigaannya tersamarkan dengan leptospirosis, karena leptospirosis trombositnya juga turun,“ jelasnya.
Meski begitu, pihak rumah sakit tentu tetap memberikan screening pertanyaan kepada pasien yang datang. Misalnya untuk mengetahui apakah lingkungan terdekat pasien pernah terjadi kasus DBD dalam waktu dekat.
BACA JUGA: Kasus DBD di Kota Semarang Meningkat, RS Elisabeth Pastikan Ketersediaan Bangsal Pasien Masih Aman
Jika pasien menjawab iya, maka pihak rumah sakit akan menawarkan untuk cek hasil laboratorium.
“Kadang-kadang beberapa pasien sudah cek ke puskesmas, datang ke sini sudah bawa hasil. Hasilnya trombositnya turun, kecurigaannya pasti ke DBD,” kata Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Panti Wilasa Citarum itu.
Juan menambahkan, jika pasien dicurigai terkena DBD, petugas akan menawarkan rawat inap sesuai urgensi. Namun, jika masih bisa tertangani, pasien juga bisa memilih rawat jalan.
“Tapi beberapa yang dateng kondisinya sudah demam selama beberapa hari, jadi trombositnya rata-rata sudah turun,” ungkap Juan.
Saat ini, sesuai intruksi dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, masyarakat dapat melakukan rapid test DBD melalui Puskesmas. Sehingga, hal tersebut mempermudah pihak rumah sakit dalam melakukan perawatan lanjutan. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi