Scroll Untuk Baca Artikel
Kesehatan

Kasus DBD di Kota Semarang Naik Lagi, Bagaimana Peran Nyamuk Wolbachia? Ini Kata Dokter

×

Kasus DBD di Kota Semarang Naik Lagi, Bagaimana Peran Nyamuk Wolbachia? Ini Kata Dokter

Sebarkan artikel ini
Kasus DBD
Dokter Umum RS Panti Wilasa Citarum, dr. Juan Yohanes Paruhum Siregar. (Fadia Haris Nur Salsabila/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Tengah melonjak di awal tahun 2024. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), ada 4.330 kasus DBD selama empat bulan pertama.

Lonjakan kasus DBD membuat banyak yang menanyakan kabar program nyamuk ber-Wolbachia. Di Kota Semarang, program ini dilaksanakan di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Tembalang dan Kecamatan Banyumanik.

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Dokter Umum RS Panti Wilasa Citarum, dr. Juan Yohanes Paruhum Siregar, menyebut jika efektif atau tidaknya nyamuk ber-Wolbachia tidak bisa serta-merta terlihat. Apalagi, ada beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan DBD.

Ia sendiri mengaku tidak tahu banyak dan tidak turut serta dalam proyek nyamuk ber-Wolbachia. Hanya saja, berdasarkan banyak penelitian, nyamuk ber-Wolbachia sangat efektif dalam mengurangi vektor penyebar DBD, yaitu nyamuk Aedes aegypti.

BACA JUGA: Naik Turun Pasien DBD di RS Panti Wilasa Citarum Semarang, Puncaknya di Bulan Maret 2024

Ia menggambarkan, penanganan nyamuk ber-Wolbachia tak jauh beda dari penggunaan masker saat Pandemi Covid-19 lalu. Yaitu, sama-sama memutus rantai penularannya.

“Demam berdarah yang membawa ke badan itu nyamuknya, virusnya hanya dibawakan. [Jadi untuk memutus penyebarannya] bisa dengan memutus dari penularnya,” katanya saat beritajateng.tv temui, Rabu, 24 April 2024.

Namun demikian, Juan menegaskan jika penanggulangan DBD memang tidak mudah; perlu koordinasi dari berbagai pihak.

Mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, hingga kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungannya.

“Karena kalau kita putus nyamuknya saja tapi di rumah masih nyimpenin empang yang ada airnya ya berat juga, sehingga masyarakat juga berperan di sini,” ucapnya.

Kasus DBD di Kota Semarang terpengaruh curah hujan tinggi

Lebih jelas, kasus DBD khususnya di RS Panti Wilasa Citarum cenderung naik-turun dan fluktuatif. Adapun kasus DBD tertinggi terjadi di bulan Februari dan Maret.

Tinggalkan Balasan