Menurutnya, etika komunikasi harus tetap dijunjung tinggi agar setiap pesan yang disampaikan memiliki nilai dan dapat dipahami dengan benar.
“Masyarakat memang menerima kecanggihan deepfake sebagai inovasi, namun teknologi ini dapat menjadi ancaman ketika untuk mencederai orang lain,” tambahnya.
Kasus konten asusila AI di Semarang viral lagi
Sebelumnya, publik kembali gempar dengan dugaan pembuatan konten asusila berbasis AI oleh seorang asisten pribadi anggota DPRD Jateng. Seorang perempuan dengan akun Instagram @khoerun23nisa mengaku menjadi korban setelah fotonya pelaku ambil tanpa izin dan edit menjadi video tak senonoh berdurasi 10 detik.
Pengakuan korban viral setelah akun tersebut unggah bersama akun @dinaskegelapan_kotasemarang.
Dalam unggahannya, korban menyampaikan keterkejutannya karena fotonya yang berhijab dan sopan telah termanipulasi menjadi video syur. Ia juga menuliskan percakapan ketika menanyakan langsung alasan pelaku melakukan tindakan tersebut.
BACA JUGA: Soroti Rekayasa Pornografi Chiko SMANSE, Wamen Nezar Patria Dorong Literasi AI di Lingkungan Kampus
Akun itu kemudian mengungkap identitas terduga pelaku yang disebut sebagai asisten pribadi anggota DPRD Jateng. Korban mengaku mengenal pelaku sejak keduanya mengikuti Program Pengembangan Kepedulian dan Kepeloporan Pemuda (PKKP) Jawa Tengah.
Korban juga menduga bahwa terdapat perempuan lain yang fotonya turut pelaku edit tanpa izin.
“Berkali-kali melihat video itu, saya merasa syok. Ada orang yang tega berbuat sejauh itu,” tulisnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi













