Mahasiswa tak ingin polemik di UKSW berlarut-larut
Mahasiswa, jelas Vander, hanya menghendaki solusi terbaik agar polemik di UKSW ini tidak berlarut-larut dan berkepanjangan, sehingga bisa segera berakhir. Namun, niat itu tak pernah pihak rektorat tanggapi secara baik-baik.
“Ruang diskusi yang kami harapkan tidak pernah terbuka dengan baik,” jelasnya kepada awak media.
Vander juga menyampaikan, dua kali diskusi yang berlangsung sejak aksi pertama mahasiswa pada 2 Mei 2025 pun tidak membuahkan solusi sesuai harapan.
“Tidak ada keputusan yang bisa memberi harapan konflik yang terjadi akan diakhiri. Sebaliknya, situasi konflik di UKSW tidak berubah ke arah yang lebih baik,” tuturnya.
BACA JUGA: Konflik dengan Rektorat Berlanjut, 3 Pejabat FH UKSW Salatiga yang “Kena Copot” Tempuh Upaya Hukum
Sehingga, sikap mahasiswa yang sebelumnya menyatakan mosi tidak percaya kepada Rektor UKSW kini telah bergeser menjadi “gerakan” pencabutan mandat.
“Kami tidak mau lagi menunggu terlalu lama. UKSW butuh perbaikan segera karena kalau dibiarkan terlalu lama akan semakin melenceng dari jiwa Satya Wacana,” tegasnya.
Kabar sebelumnya, konflik di kampus UKSW berawal dari kebijakan pencopotan Dekan Fakultas Hukum (FH) UKSW beserta jajarannya.
Aksi semakin meluas setelah beberapa civitas fakultas yang lain di UKSW berfusi dan menyatukan suara agar pimpinan kampus melakukan perbaikan tata kelola di UKSW. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi