N kemudian mengeluarkan mobilnya menuju rumah ayah korban yang g jauh dari rumahnya.
“Saya tanya, diantar ke mana? Dia jawab ke Permata saja. Saat dibopong ayahnya saya sempat melihat muka G berdarah, terus saya langsung ke rumah sakit Permata, ” tuturnya.
Sesampai di Permata langsung ditangani di IGD, sedangakan ayahnya lalu mengurus administrasi di bagian pelayanan. Beberapa menit kemudian perawat keluar menanyakan orang tuanya.
“Orang tuanya mana? Saya jawab kenapa? Susternya bilang disini sudah tidak sanggup lagi menagani, lo kenapa saya tanya lagi ke susternya, saturasi oksigenya tinggal 74, ini ada cidera berat di kepala dan harus segera dibawa ke rumah sakit umum, susternya bilang begitu. Saya bilang ke ayahnya, trus mengambil mobil anak itu saya bawa ke RSU, sebelumya saya juga telpon temen saya C, tak suruh nyusul ke RSU, ” jelas N.
Di RSU dr. Soetidjono, G diperiksa di IGD dan dirawat sampai akhirnya pukul 22.00 WIB meninggal dunia.
Penelusuran Beritajateng.Net tak berhenti disitu saja, karena C teman N mengatakan sebelum korban dibawa ke rumah sakit Permata ada saksi lagi yang melihat gerak gerik mencurigakan menjelang bocah malang itu jatuh dan meninggal dunia.
“Ada saksi lagi sebelum G jatuh, ia nongkrong diwarung itu, melihat gelagat ayahnya yang mondar mandir kaya kebingungan,” kata C.
Saksi tersebut pada waktu itu nongkrong di warung angkringan ayahnya sebelum korban meninggal dunia. Saksi itu berinisial H yang memang tiap hari nongkrong diwarung itu setiap pulang kerja.
Ditempat terpisah H memberikan keterangan apa yang ia lihat saat itu, di warung ayahnya sampai pukul 21 lebih.
“Saya memang waktu itu ada warung. Saya sendirian minum, ayahnya lalu pamit mau ngambil cas HP, terus datang lagi dua orang pelanggan salah satunya minta wedang jahe, karena lama g kembali ke warung saya disuruh telepon. Saat mau tak telpon ia sudah datang dan membuatkan jahe lalu pulang lagi kerumahnya, ” kata H kepada media.
Beberapa menit kemudian ayahnya datang lagi bilang kalau warungnya mau ditutup karena anak perempuan nya jatuh dari kursi dan mau dibawa ke rumah sakit.
“Maaf koh warung mau tak tutup, anaku jatuh dari kursi mau tak bawa ke rumah sakit, terus saya bilang ya koh biar tak bantu beresin koh urusin anak e saja. Koh Mu yang disebelahku juga bilang, pakai motorku saja, tapi ayahnya gak mau katane mau naik Grab saja. Saya terus bantu beres beres, terus aku pamit,” jelasnya.
Dihubungi terpisah, Kasatreskrim Polres Blora AKP Supriyono mengaku telah menerima informasi kematian korban yang diduga ada kejanggalan tersebut. Pihaknya pun telah menerjunkan tim inavis ke lokasi dan melakukan olah TKP.
“Sebenarnya ini bukan laporan tapi saya dapat informasi adanya kejanggalan itu. Itu kejadian malam minggu tanggal 10 September kemarin. Saya sudah datang ke lokasi bersama tim inavis. Saya juga sudah olah TKP. Saat saya datang ke lokasi memang kondisi sudah di peti. Pihak keluarga juga tidak mau diotopsi,” jelasnya. (Her/El)