SEMARANG, beritajateng.tv – Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) kembali menjadi sorotan publik setelah banjir bandang melanda tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.
Publik menilai kerusakan hutan Tesso Nilo ikut memperparah dampak bencana tersebut, terutama karena kawasan ini dulunya dikenal sebagai benteng terakhir hutan hujan dataran rendah di Sumatera.
Data menunjukkan kondisi TNTN kini berada pada tahap degradasi serius. Dari total luas resmi sekitar 81.793 hektare, hanya 15 hingga 24 persen yang masih berupa hutan alami, atau sekitar 12.561 hingga 19.000 hektare.
Selebihnya telah berubah menjadi lahan terbuka, permukiman, serta perkebunan sawit ilegal yang meluas secara masif.
BACA JUGA: Dukung Penanganan Banjir di Sumatera Barat, PMI Blora Kirim Bantuan Armada Tangki Air Bersih dan Relawan
Kerusakan ini tidak hanya menghilangkan tutupan pohon, tetapi juga mengancam habitat satwa liar. Salah satunya Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), yang menjadikan Tesso Nilo sebagai habitat utama.
Populasi gajah membutuhkan wilayah jelajah luas, namun ruang mereka kini semakin terhimpit.
Sorotan publik semakin tajam setelah Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, mengungkapkan kondisi riil TNTN. Ia menjelaskan bahwa dari lebih dari 80 ribu hektare, hanya sekitar 12 ribu hektare yang tersisa. Hal tersebut sebelum Satgas Penyelamatan Kawasan (PK) masuk.
“Bayangkan, ada sekitar 150 gajah yang butuh wilayah jelajah sangat luas. Mereka makan 10 persen dari berat badan setiap hari,” ujar Raja Juli, seperti beritajateng.tv kutip dari podcast Curhat Bang Denny Sumargo yang tayang baru-baru ini.
Denny Sumargo menegaskan bahwa secara hukum, taman nasional tidak boleh untuk kepentingan lain selain konservasi. Ia menyebut bahwa keberadaan perkebunan sawit ilegal merupakan pelanggaran serius yang harus ada penertibannya.
Menanggapi itu, Raja Juli mengakui adanya oknum yang bermain dalam proses sertifikasi hutan. “Ada ketidaksesuaian data, ada oknum-oknum yang ikut bermain. Itu fakta,” tegasnya.
Gabung ke Saluran












