Novel ini tidak sekadar bercerita tentang seseorang yang hilang, tetapi juga menyingkap keberanian, pengkhianatan, cinta keluarga, serta jejak luka yang tertinggal.
Keistimewaannya terletak pada bagaimana kisah yang gelap ini disampaikan dengan bahasa yang lembut dan mengena.
Tidak terasa berat atau rumit, namun tetap memberikan dampak emosional yang mendalam.
Novel ini bukan sekadar berkisah tentang seseorang yang menghilang. Ia juga menggambarkan sosok yang tetap menyuarakan kebenaran, meski suaranya seakan datang dari dasar laut.
Suara itu mungkin lirih, namun tetap hidup dan membekas dalam ingatan kita semua.
Untuk memperjuangkan keadilan, selalu ada harga yang harus di bayar. Pada masa Orde Baru, hal itu menjadi semakin berat karena masyarakat tidak memiliki kebebasan berpendapat.
Kritik terbatas oleh pemerintah, dan siapa pun yang mencoba mengutarakan kritik harus bersiap menghadapi konsekuensi.
Pada akhirnya, yang dapat rakyat lakukan hanyalah menerima serta mengikuti kebijakan yang telah penguasa tetapkan. (*)













