“Capek, saya berhenti, neduh pake jas hujan terus istirahat sampai malam,” ucap siswi SMKN 3 Semarang itu.
Vio lantas menjalani malam panjang pertama sendirian di Gunung Slamet. Lantaran pendakian tektok, Vio tak membawa logistik yang cukup.
Beruntung, tak jauh dari tempatnya beristirahat, ada satu sumber mata air. Ia pun memasukkan air ke dalam botol sekitar 600 ml.
Begitu juga makanan yang terbatas. Selama hilang 3 hari 2 malam, Vio hanya berbekal setengah bungkus roti sobek.
“Roti masih setengah, 6 potong, saya makan itu. Makannya bener-benar saya hemat banget, 1 potong sehari, sampai sekarang rotinya masih,” ucapnya.
Lucunya, Vio mengaku Tim SAR tak menawarinya tandu
Singkat cerita, Vio menjalani hari-hari yang panjang dan sepi di Gunung Slamet. Ia tak banyak melakukan aktivitas demi menjaga stamina tubuhnya.
Hingga akhirnya, Selasa pagi, harapan Vio untuk selamat menguat kembali. Di tengah rimbunnya hutan, ia mendengar suara memanggil namanya.
“Ada suara, ‘Mbak Vio, Mbak Vio di mana?’, langsung saya bales teriak, ‘Di sini, Pak!’, di situ lega banget akhirnya ditemuin,” bebernya.
Vio mulai berkomunikasi dengan Tim SAR dan relawan pada pukul 10.00 pagi. Namun, lantaran jarak yang cukup jauh, terdapat jeda waktu yang lumayan hingga akhirnya Vio ketemu.
BACA JUGA: Sempat Hilang di Gunung Slamet, Siswi SMK Asal Semarang Telah Ketemu, Begini Kondisinya
Sesaat setelah bertemu dengan Tim SAR dan relawan, isak tangis Vio langsung pecah. Vio bahkan tak ragu memeluk bapak-bapak Tim SAR yang tak ia kenali.
Setelah mengisi tenaga dengan makan dan minum, mereka kemudian turun ke basecamp. Perjalanannya pun tak mudah karena Tim SAR dan relawan harus membuka jalur baru.
Rombongan baru tiba di basecamp sekitar pukul 15.00 sore. Uniknya, Vio turun dengan berjalan kaki sendirian dan tanpa bantuan tandu.
“Sebenarnya itu turunnya jalan kaki karena enggak ada yang nawarin tandu; kalau ditawarin ya mau ditandu, sih,” kekehnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi