SEMARANG, beritajateng.tv – Harapan untuk tetap melanjutkan pendidikan sempat pudar bagi Rehan Dafa Fahreza, remaja asal Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Lulusan SMP Islam Cahaya Insani ini nyaris putus sekolah karena keterbatasan biaya dan kondisi orang tua yang sama-sama sakit stroke.
Elisabet Heru Lukitowati, Pendamping Sosial Masyarakat Kelurahan Sambirejo, menuturkan bahwa Rehan awalnya tidak memiliki peluang besar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA. Keluarganya hidup dalam keterbatasan ekonomi, sementara kedua orang tuanya tidak lagi mampu bekerja.
“Secara umum, kondisi ekonominya memang tidak memungkinkan. Ayahnya sakit, ibunya juga sakit, sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rehan bahkan ikut membantu merawat orang tuanya di rumah,” jelas Elisabet.
Menurutnya, keluarga Rehan termasuk dalam kategori ekonomi rendah dengan enam orang anggota keluarga tinggal bersama di satu rumah.
“Rehan ini anak terakhir dari tiga bersaudara. Kakaknya yang pertama sudah bekerja, kakak kedua masih sekolah di SMK dan ikut membantu merawat orang tuanya. Jadi ketika Rehan masuk asrama, masih ada keluarganya yang mendampingi di rumah,” lanjutnya.
BACA JUGA: Sekolah Rakyat Kota Semarang Aktif Pembelajaran Mulai 30 September, Target Siswa SD dan SMA Terpenuhi
Proses untuk bisa masuk ke Sekolah Rakyat Terintegrasi 45 Semarang ternyata tidak serumit yang dibayangkan. Setelah melakukan komunikasi dengan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), berkas persyaratan segera diurus.
“Kami cek, Rehan masuk desil 1-2 sehingga memenuhi syarat. Persyaratannya juga mudah, cukup ijazah, surat keterangan dari kelurahan, dan sudah sesuai aturan pemerintah,” ujar Elisabet.