Ngabiyanto memantik dengan pertanyaan apakah sesungguhnya gerakan mahasiswa seperti demonstrasi turun ke jalan masih relevan di era demokrasi digital seperti saat ini atau tidak.
Dalam perspektif Dosen Fakultas Ilmu Sosial Unnes ini, orientasi komunikasi politik saat ini telah berubah ke dalam dunia digital.
“Karena sekarang turunnya itu di media sosial, di dunia digital, kita sudah menjadi netizen. Yang penting dalam sebuah kritik atau komunikasi politik adalah bagaimana kritik ini dapat tersampaikan secara masif. Orientasi berubah, cara harus berubah.” imbuhnya.
Risiko Demo Mahasiswa Tinggi
Ia menambahkan, menjunjung demokrasi tidak hanya dengan cara demonstrasi turun ke jalan semata. Baginya, risiko melakukan demonstrasi ini cukup tinggi, salah satunya adalah kecelakaan.
“Kalau mahasiswa turun ke jalan ini risikonya tinggi. Ada risiko kecelakaan, ada risiko reputasi, ada risiko konflik dengan aparat dan seterusnya,” tambah Ngabiyanto.
BACA JUGA: [Video] Demo Wadas, Ratusan Mahasiswa Kembali Geruduk Kantor Ganjar Pranowo
Melalui kegiatan ini, ia berharap mahasiswa dapat berperan sebagai negarawan. Sosok negarawan ialah orang yang masih berpikir soal idealisme negara dan menyuarakan nilai-nilai luhur bangsa.
Ia mengatakan, saat ini Indonesia punya banyak politisi, tapi hanya ada sedikit negarawan. Negarawan merupakan sosok yang memang berpikir soal idealisme negara.
“Nah, ketika mahasiswa masih berpikir dan menyuarakan nilai- nilai tersebut, baik yang terkait dengan nilai demokrasi tadi, nilai dasar negara, nilai luhur, dan nilai lainnya bisa kita sebut dengan negarawan,” tutupnya. (*)
Editor: Ricky Fitriyanto