“Karena aku merasa mereka itu (penggemar K-Pop) dilihatnya cuma negatifnya saja ya, kayak fanatiknya, konsumtifnya mereka saja. Mereka itu sebenarnya loyal kepada idol mereka, nah alasan kami berdiri itu juga untuk mengarahkan loyalitas mereka ke hal-hal yang positif,” tandasnya.
Riski juga menuturkan bahwa tidak sedikit remaja penggemar K-Pop yang masih krisis identitas sehingga rentan dalam menyalahgunakan loyalitasnya sebagai seorang penggemar.
“Kadang tuh banyak yang usia remaja itu masih krisis identitas. Dengan adanya Antariksa, mereka ketemu dengan fans K-Pop yang lebih dewasa. Itu tuh mereka curhat, kita sebagai yang lebih tua bisa ngasih saran yang make sense buat mereka,” tutur perempuan yang telah menjadi penggemar K-Pop sejak 2010 silam tersebut.
Selain mengadakan event kumpul antarpenggemar, Antariksa Project juga kerap mengadakan kegiatan lainnya seperti beauty class dan workshop kreatif bagi K-Popers. Hal ini semakin membuktikan bahwa K-Pop juga dapat membawa pengaruh positif bagi penggemarnya. Baginya, eksistensi komunitas K-Pop sangat penting.
“Kalau orang-orang ketemu dan mereka punya hobi yang sama kan bisa tercipta komunikasi yang baik juga kan, terus bisa bikin aktivitas positif lain juga,” pungkasnya.
“Dengan adanya K-Pop itu jangan dipandang sebelah mata. Dengan adanya Antariksa Project ini juga menunjukkan kalau anak-anak K-Pop itu bisa kreatif kok. Mereka itu punya ide-ide kreatif juga,” tandasnya.
Ia berharap, komunitas Antariksa ini bisa mengepakkan sayapnya lebih luas di kemudian hari.
“Selain komunitas, aku terpikir untuk buat media juga, kaya buat podcast dan konten rutin gitu juga deh,” tutup Riski (*).
Editor: Andi Naga Wulan.