Dalam menggeluti hobinya, Nughoro memilih merakit sendiri sepedanya. Waktu untuk merakit sepeda legendari ini pun beragam, mulai 6 bulan hingga 1 tahun tergantung dari ketersediaan aksesoris. Menurutnya, aksesoris yang paling susah dicari adalah lampu.
“Kenapa dinamakan sepeda robot kan karena banyak lampu, depan dan belakang ada lampu semua, ini juga kalau belok kiri atau kanan ada lampu reting (sen), jadi lampu itu sparepart yang paling susah dicari” lanjutnya.
Berawal dari Jalur Sepeda Robot Terbesar di Indonesia hingga Komunitas Serobot Semarang
Sementara itu, Amim, salah satu anggota Komunitas Serobot menjelaskan bahwa Kota Semarang pernah menjadi jalur sepeda robot terbesar di Indonesia. Maka ia tak pernah rela jika eksistensi sepeda legendaris ini punah.
Melalui Komunitas Serobot Semarang inilah ia dan teman-temannya berusaha merawat dan melestarikan sepeda legendaris ini di Kota Semarang.
“Awalnya saat Covid kemarin, kan gak ada kegiatan, semua terbatas. Akhirnya berkumpul karena ada kesamaan hobi di sepeda legendaris ini, sekaligus tempat saling tukar informasi seputar sparepart,” kata Amim.
Ditengah kesibukan masing-masing, anggota Komunitas Serobot selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul dan bersepeda bersama, minimal sekali dalam satu bulan.
“Paling ya sepeda ke daerah Simpang Lima, Kota Lama, dan taman-taman dalam kota,” imbuhnya.
Terakhir, Amim mengaku bahwa ia beberapa kali berpapasan dengan pengguna sepeda robot. Oleh karena itu, ia berharap adanya Komunitas Serobot ini mampu merangkul sesama pecinta sepeda legendaris ini sehingga dapat bersama-sama melestarikan sepeda robot di Semarang (*).
Editor: Andi Naga Wulan.