Selain itu, dia mengungkapkan kenapa harus pakai nama dari bahasa inggris.
“Kita ini kan sudah menggunakan IT ya, IT itu kalau sudah nyebar apakah lokal Indonesia, kan internasional itu. Artinya kita bukan anti Bahasa Indonesia, nggak, (tapi) agar supaya dipahami secara internasional,” terangnya.
Dia juga menegaskan, bahwa logo itu adalah sebuah penanda ruang saja, bukan berniat apa-apa.
“Kami hanya ingin mengambil filosofi dari logo tersebut. Kenapa shield, karena saat ini tata ruang ibarat sebagai sebuah perisai, melihat kondisi sekarang masih banyak pembangunan yang tidak sesuai ketentuan tata ruang, supaya kesejahteran masyarakat meningkat,” katanya.
Dan studio ini bisa membentengi pemerintah kota dalam pembangunan mulai dari perencanaan, serta masyarakat yang membutuhkan informasi terkait pembangunan bisa menggunakan studio ini dan mensupport pengembangan ekonomi. Misalnya para pengusaha jangan sampai sudah investasi besar masuk, namun karena lokasi usahanya tersebut tidak sesuai dengan tata ruangnya akan terkendala khususnya perizinan.
“Studio ini di dalamnya menggunakan teknologi informasi, peta digital tiga dimensi, sebagai dasar untuk rencana pembangunan Kota Semarang. Antara lain pembangunan jembatan dan embung atau waduk antara lain Jatibarang saat ini sudah direncanakan pembangunannya secara visual dengan teknologi digital itu”.
“Nantinya sudah bisa kita rasakan sehingga infrastuktur dibangun dapat mempercantik wajah kota. Semua infrastuktur yang dibangun harus mampu meningkatkan estetika Kota Semarang. Sehingga pembangunan bisa mendukung pengembangan pariwisata kota Semarang dan jadi jujugan wisatawan,” pungkasnya. (Ak/El)