“Naiknya harga emas menunjukkan bahwa masyarakat khawatir tentang kondisi ekonomi ke depan, sehingga cenderung menyimpan emas sebagai investasi. Hal ini menyebabkan permintaan emas meningkat,” jelas Rudi.
Sementara itu, Rully Sutansyah Effendy dari BPS Jawa Tengah mengungkapkan bahwa provinsi ini juga mengalami lima kali deflasi sepanjang tahun 2024. Termasuk pada Januari sebesar -0,08 persen dan empat bulan berturut-turut di Mei, Juni, Juli, dan Agustus.
Kondisi Jawa Tengah mulai membaik pada September dengan inflasi 0,05 persen dan kemudian 0,19 persen di Oktober.
“Deflasi berturut-turut tidak baik. Di Semarang, tahun 2024 mengalami lima kali deflasi, termasuk empat bulan berturut-turut,” ungkap Rully.
Ia menjelaskan bahwa penyebab inflasi salah satunya adalah penyesuaian harga eceran tertinggi untuk gas LPG 3 kilogram.
“Pada 22 Agustus 2024, Pj Gubernur menandatangani pergub untuk penyesuaian harga LPG 3 kilogram dari Rp 15.500 menjadi Rp 18.000 di pangkalan,” ucapnya.
Penyesuaian harga ini berkontribusi terhadap inflasi dengan meningkatkan biaya pembelian gas.
Dengan kondisi ini, harapannya pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang dapat terus berlanjut dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. (*)
Editor: Elly Amaliyah