“Olahraga ini bukan hanya sekadar prestasi, tapi juga menjadi kontribusi dari sisi ekonominya. Kemasannya menjadi DTW sebagai suatu pertunjukan untuk jadi atraksi wisata,” jelasnya.
Menurutnya, wisata masyarakat saat ini tidak hanya ingin menyaksikan, namun juga ingin berpartisipasi.
BACA JUGA: Bank Jateng Tour de Borobudur Kenalkan Potensi Jawa Tengah Lewat Pariwisata Olahraga
Melalui sport tourism yang mengangkat olahraga sebagai tujuan utama, Hariyadi menyebut keterlibatan masyarakat secara langsung akan semakin besar. Sementara Borobudur Marathon masih menjadi andalan yang ia contohkan.
Ia menyebut, ketika salah satu atlet lari ikut bertanding, mereka akan mengajak istri, anak, juga keluarganya. Tentu hal ini, menurutnya, akan berdampak pada ekonomi masyarakat sekitar.
“Di Borobudur Marathon kemarin semua hunian bahkan sampai ke homestay di Magelang full booking. Dari sini ada roda ekonomi, inilah yang menjadi target kenapa kita mengangkat sport tourism, karena dampak peningkatan ekonominya sangat luar biasa,” bebernya.
Contoh lain, event Paralayang di Gunung Gajah, Kabupaten Semarang. Adanya pariwisata olahraga tersebut bisa membangkitkan desa wisata daerah terkait. Masyarakat menyulap rumah mereka untuk dijadikan home stay. Kemudian, makanan lokal di sana juga ikut terekspos.
“Kalau spot alam untuk olahraga, nanti pemberdayaan masyarakat pun maju. Wisatawan akan kumpul di situ, mereka butuh sarapan, penginapan, dan lain-lain. Ekonomi desa pun tumbuh, inilah konsep sport tourism, dengan olahraga bisa jadi destinasi wisata berbasis olahraga,” tandas Agung. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi