Gaya Hidup

Latte Art Competition di Up Peak Hotel Simpang Lima Semarang, 28 Barista dari Jateng Beradu Seni Kopi

×

Latte Art Competition di Up Peak Hotel Simpang Lima Semarang, 28 Barista dari Jateng Beradu Seni Kopi

Sebarkan artikel ini
Latte Art Competition
Peserta saat menghias kopi di Latte Art Competition Up Peak Hotel Simpang Lima Semarang, Selasa, 30 September 2025. (Yuni Esa Anugrah/beritajateng.tv)

SEMARANG, beritajateng.tv – Kreativitas dan aroma kopi berpadu dalam ajang Latte Art Competition yang berlangsung meriah di Up Peak Hotel Simpang Lima Semarang pada Selasa, 30 September 2025. Sebanyak 28 barista dari berbagai daerah di Jawa Tengah beradu keterampilan meracik sekaligus melukis seni latte di atas espresso.

Sejak pagi hingga sore, suasana di area kompetisi, Up Petite Resto and Cafe, terasa hangat. Para peserta dengan serius mempersiapkan diri untuk menunjukkan latte art terbaiknya. Sementara penonton memberikan dukungan riuh setiap kali motif latte art selesai sang barista tuangkan.

Ragam pola yang tercipta, mulai dari bentuk latte art tulip hingga challenge yang rumit bermotif kelinci menunjukkan keahlian dan kreativitas para barista.

Setelah melalui empat babak penyisihan dan final yang ketat, gelar juara utama berhasil Fauzizah Umi Kholifah raih. Barista muda asal Ambarawa ini mengaku kemenangannya di luar dugaan, mengingat banyak peserta lain yang tampil dengan teknik luar biasa.

BACA JUGA: Tak Sekadar Tren, Content Creator Kopi Sebut Ngopi Bisa Picu Pikiran Kritis, Bagi Tips Atasi Asam Lambung

“Rasanya campur aduk, bangga sekaligus terharu. Dari awal saya hanya ingin mencoba dan belajar, tapi ternyata bisa jadi juara. Saya sangat senang bisa membawa nama Semarang dan bertemu banyak teman barista baru,” ujar Olif, sapaan akrabnya.

Olif mengungkapkan babak paling menantang ialah saat final. Ia harus membuat latte art di gelas espresso atau gelas yang lebih kecil.

“Itu harus fokus karena gelas yang buat latte kan biasanya ukuran 8-6 oz. Pas final dapat [gelas] ukuran buat espresso,” ungkapnya.

“Latte art itu butuh presisi. Jadi bukan sekadar cantik di mata, tapi juga harus seimbang dalam rasa dan tekstur,” lanjut Olif.

Latte Art Competition jadi ruang belajar dan berbagi pengalaman

Olif mengaku telah menggeluti dunia barista selama empat tahun terakhir. Ia menambahkan bahwa ajang seperti ini menjadi ruang belajar sekaligus kesempatan berbagi pengalaman.

Simak berbagai berita dan artikel pilihan lainnya lewat WhatsApp Channel beritajateng.tv dengan klik tombol berikut:
Gabung ke Saluran

Tinggalkan Balasan