Menurutnya, peningkatan minat tersebut tak lepas dari kerja sama dengan tenaga medis profesional seperti dokter spesialis bedah dan urologi.
“Banyak masyarakat yang merasa lebih aman jika tindakan KB berlangsung di rumah sakit oleh tenaga ahli. Karena itu kami menggandeng dokter spesialis untuk memberikan pelayanan terbaik,” katanya.
Selain vasektomi, metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD dan implan juga tetap menjadi pilihan favorit. Bahkan, tren penggunaan metode operasi wanita (MOW) atau sterilisasi permanen juga semakin banyak peminat.
BACA JUGA: Stunting dan AKI/AKB Jateng Menurun, Mohammad Saleh Dorong Penguatan Layanan Kesehatan
Untuk memudahkan masyarakat, pihaknya menyediakan layanan antar-jemput bagi peserta KB. “Kalau ada peserta yang tidak punya kendaraan, akan kami jemput ke rumah. Setelah tindakan selesai, sore harinya bisa langsung kami antarkan pulang,” ujarnya.
Sebagai bentuk apresiasi, peserta vasektomi juga mendapat uang pengganti sebesar Rp1 juta yang merupakan program dari Pemerintah Kota Semarang.
“Rata-rata peserta KB pria vasektomi berusia sekitar 33 tahun dengan minimal sudah memiliki dua anak, dan anak terakhir berusia lima tahun. Namun, jika ada kondisi medis tertentu pada istri, vasektomi bisa masyarakat lakukan lebih awal,” kata Lilik.
Lilik berharap, masyarakat semakin sadar pentingnya perencanaan keluarga bukan hanya untuk mengatur jumlah anak, tetapi juga untuk menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas.
“Dengan KB yang terencana, kita bisa menjaga kesehatan ibu, anak, dan tentu menekan risiko stunting di Kota Semarang,” pungkasnya. (*)
Editor: Elly Amaliyah








