Ke depan, pihaknya berjanji akan segera memperbaiki fasilitas keagamaan yang ada di Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti. Pasalnya tempat itu dibangun oleh biksu dari 13 negara.
“Ini harus menjadi program yang lebih baik untuk menjadi satu tujuan para biksu beribadah di sini, termasuk mendorong menjadi agenda tahunan dan diintegrasikan dengan kegiatan lain,” tambahnya.
Potret toleransi antar umat beragama
Sementara itu, Koordinator Biksu Thudong 2024 Kota Semarang, Wahyudi Santiphala menjelaskan jika thudong menjadi satu titik balik persatuan antara umat beragama. Pasalnya, lebih dari 90 persen elemen yang terlibat berasal dari berbagai agama.
“Di sini bisa menyatukan berbagai pihak, 90 persen pendukung adalah umat Islam, Katolik, Kristen, Konghucu, Hindu, sehingga umat Buddha harus memetik pesan kebhinekaan,”
BACA JUGA: Jalan Kaki dari Semarang ke Candi Borobudur, Ini Pantangan Para Biksu Thudong
Ia pun berharap, dengan momentum kebersamaan dalam thudong ini, umat Buddha di Kota Semarang dapat kembali bersatu kembali. Tanpa mempermasalahkan perbedaan organisasi maupun masalah administrasi.
“Bisa menjadi minoritas yang berkualitas seperti umat Katolik, menjadi umat Buddha yang berkontribusi seperti umat Islam,“ harapnya. (*)
Editor: Farah Nazila