Ia mencontohkan, pihaknya telah mengenalkan Jesang (Jembatan Satuan Panjang) yang menggunakan karakter-karakter nama wayang sebagai satuan panjang.
“Jadi sudah banyak media-media pembelajaran yang bermuatan kearifan lokal, khususnya wayang, yang mahasiswa dan dosen temukan. Itu usaha kami dalam mendekatkan wayang kepada siswa dan generasi muda,” katanya.
Riris sendiri menekankan pentingnya generasi muda mengenal pertunjukkan wayang. Menurutnya, terdapat banyak nilai positif yang ada, baik pada lakon wayang maupun seni pedalangannya.
Misalnya, ketika seorang anak menjadi dalang, maka anak tersebut beroleh tuntutan untuk menjadi pemimpin dari panggungnya sendiri. Pasalnya, pemain karawitan atau pengisi instrumen gamelan akan menuruti apa pun yang dalang minta.
“Selain jiwa kepemimpinan dan kerja sama, anak juga tidak kehilangan jatidiri di tengah gempuran budaya populer dari luar negeri. Mereka tidak hanya mengenal tokoh pahlawan Captain America, tapi juga paham tokoh pahlawan Jawa seperti Gatotkaca,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi