“Jumlahnya memang belum terdata, tapi rata-rata, nanti pekerja harian sudah mulai tidak dipakai. Sekitar 30 sampai 40 persen,” sambungnya.
Efisiensi anggaran berdampak terhadap pengusaha dan pekerja hotel sekaligus
Lebih lanjut, Benk mengaku prihatin atas kondisi saat ini. Menurutnya, kebijakan efisiensi anggaran memukul semua pihak, baik pengusaha maupun pekerja.
Ia mencontohkan, kenaikan UMR tiap tahun umumnya hanya merugikan bagi pihak pengusaha. Sementara kebijakan efisiensi anggaran kali ini bisa merugikan dua pihak sekaligus.
“Kalau kali ini kan dua-duanya kena. Pengusaha juga terkena dampak, karyawan juga terkena dampak. Kenapa? Karyawan itu semakin banyak tamu, penghasilannya semakin banyak udah, semudah itu saja,” paparnya.
BACA JUGA: Dampak Efisiensi Anggaran, 30 Persen Pesanan Hotel di Semarang Batal-Rugi Ratusan Juta Rupiah
Ia pun berharap, pemerintah dapat segera meninjau ulang kebijakan efisiensi anggaran tersebut. Kecuali, pemerintah sudah menyiapkan solusi atau alternatif lainnya yang menguntungkan bagi sektor perhotelan.
“Sekarang karena sudah berjalan, langkahnya pandai-pandai pengelola hotel meminimalisir supaya enggak tenggelam dalam kayak gini, misalnya menyasar segmen baru,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi