JAKARTA, 17/6 (beritajateng.tv) – Di tengah ancaman krisis pangan, dibutuhkan kebijakan revolusioner di bidang tata kelola pangan. Diantaranya dengan upaya meningkatkan kesejahteraan petani yang selama ini kondisinya memprihatinkan.
Ketua Komisi B DPRD Jateng Sumanto mengungkapkan fakta jumlah petani di Jateng yang terus menurun. Jika dulu tahun 90 an ada 60 persen penduduk Jateng yang menjadi petani, kini hanya tinggal 20 persen yang menekuni profesi tersebut.
“Penghasilan petani jauh di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Karena itulah banyak petani, terlebih anak muda lebih memilih menjadi buruh pabrik yang terjamin kesejahteraannya,” ujarnya dalam dialog Newsline “Peningkatan Kesejahteraan Petani Pasca Pandemi” yang disiarkan langsung di studio Metro TV, Jakarta, Rabu (15/6/2022).
Politisi PDI Perjuangan itu mengungkapkan, upaya mencetak petani milenial yang digaungkan pemerintah juga jauh dari harapan. Di Jateng, jumlah petani milenial hanya sekitar 2 persen.
“Jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Ada yang penghasilannya Rp 25 juta sebulan tapi mereka kelasnya startup yang jualan produk pertanian. Bukan yang menanam,” tandasnya.
Menurut dia, rata-rata petani gurem dengan luas lahan 0,6 hektare hingga 200 m2 penghasilannya hanya Rp 400 ribu – Rp 500 ribu per bulan. Padahal UMR di Jateng mencapai Rp 2 jutaan.