Bahkan, beberapa negara telah memasukkan printing 3D ke dalam kurikulum pembelajaran.
“Karena mungkin ini kebutuhan spesifik, jadi belum terlalu familiar di Semarang. Tapi di luar negeri printer 3D termasuk barang rumahan,” katanya.
Erick mengisahkan, ia pertama kali tertarik dengan printer 3D sejak 5 tahun lalu. Saat itu, ia kebetulan juga memiliki hobi yang berkaitan dengan printing.
BACA JUGA: KAI dan IRPS Kolaborasi Bikin Miniatur Lokomotif 3D Print Terbesar Se-Indonesia
“Kebetulan juga di rumah ada anak-anak, terus mikir daripada beli mending bikin sendiri. Awalnya ya bikin mainan anak-anak,” jelasnya.
Selain membuka jasa printing 3D, Erick juga menjual mesin printer 3D. Bisa dibilang, ia adalah satu-satunya penjual mesin printer 3D di Semarang.
Untuk harganya sendiri beragam, mulai dari Rp1,8 juta hingga Rp5 jutaan, tergantung dari cara pengoperasiannya.
“Stigmanya printer 3D itu lama, padahal sekarang sehari jadi, kayak kalau pesen online juga pesen sekarang nyampenya besok atau lusa, mending bikin sendiri,” tandasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi