Berangkat dari situlah tajuk pameran buku ini tercetus.
“Setiap September selalu ada pelanggaran HAM dan itu selalu ada pembelaan dari pihak-pihak yang melakukan pelenggaran, makanya pameran ini kami beri nama PLEIDOI,” lanjutnya.
Dimeriahkan berbagai kegiatan
Untuk memikat minat para pengunjung, selain pameran buku, Maring juga menyelenggarakan beberapa acara literasi dan seni. Mulai dari diskusi, parade teater, lomba cipta, politik, hingga orasi.
Di sisi lain, melihat UIN Walisongo Semarang memiliki sejarah panjang dalam gerakan perjuangan. Hanya saja, bagi Dira, semangat perjuangan di kampus ini kian menipis. Oleh karena itu, pihaknya mencoba membangkitkan kembali semangat perjuangan bagi mahasiswa UIN Walisongo.
“Kita banyak diskusi secara teoritis, jadi bagaimana membangun konstuktif berpikir kawan-kawan mahasiswa UIN Walisongo, kita bangun semangat perjuangan itu lewat diskusi-diskusi semacam ini,” lanjutnya.
BACA JUGA:Soroti Isu Lingkungan, Maring Ajak Anak Muda Semarang Nobar Film Pendek ‘Dragon For Sale’
Lebih lanjut, Dira berharap bahwa pameran semacam ini akan menjadi agenda rutin di masa mendatang. Tujuannya adalah untuk menjadikan kampus sebagai titik awal dalam perjuangan dan perubahan yang lebih baik.
“Besar harapan kami acara ini dapat memantik semangat kontribusi kita dalam melakukan perubahan,” harap Dira.(*)
Editor: Farah Nazila