SEMARANG, beritajateng.tv – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Semarang (Unnes) menunjukkan upaya mewujudkan pembelajaran yang inklusi. Mereka memamerkan berbagai alat peraga matematika ramah disabilitas atau anak berkebutuhan khusus dalam kegiatan Gelar Karya Alat Peraga Pendidikan Matematika Inklusif pada Jumat, 19 Desember 2025.
Kegiatan ini menjadi puncak perkuliahan mata kuliah Pendidikan Matematika Inklusif, sekaligus ruang bagi mahasiswa untuk menerapkan teori ke dalam praktik nyata. Puluhan media pembelajaran ditampilkan, dirancang khusus untuk anak penyandang disabilitas, mulai dari tuna rungu, tuna netra, tuna grahita, hingga anak berkebutuhan khusus lainnya.
Beragam inovasi mahasiswa pelihatkan, di antaranya permainan monopoli berbasis pengenalan waktu hingga alat bantu menghitung pecahan dengan huruf braille. Pembuatan media tersebut bertujuan agar pembelajaran matematika lebih mudah terpahami dan menyenangkan bagi siswa berkebutuhan khusus.
Dosen Pendidikan Matematika Unnes, Sugiman, menjelaskan gelar karya ini merupakan hasil proyek mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan teori yang dilengkapi studi lapangan ke Sekolah Luar Biasa (SLB).
“Mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga kami ajak turun langsung ke SLB agar lebih dekat dan memahami kebutuhan anak-anak disabilitas,” ujarnya.
BACA JUGA: Bantu Mahasiswa Korban Banjir Sumatera, Unnes Beri Keringanan hingga Pembebasan UKT
Melalui kunjungan tersebut, mahasiswa melakukan uji coba langsung terhadap alat peraga yang dikembangkan. Proses ini bertujuan untuk menilai kesesuaian media pembelajaran dengan karakteristik dan kemampuan peserta didik disabilitas.
Sugiman menyebut mata kuliah Pendidikan Matematika Inklusif merupakan mata kuliah pilihan yang telah berjalan selama beberapa tahun. Awalnya, kegiatan ini hanya berupa program ekstrakurikuler bernama Extra Curriculum Training (ECT) bagi mahasiswa yang berminat mempelajari pendidikan khusus.
“Karena peminatnya terus bertambah, akhirnya kami usulkan menjadi mata kuliah resmi,” katanya.
Ia menegaskan, keberadaan alat peraga inklusif sangat krusial dalam pembelajaran matematika di SLB. Salah satu tantangannya, banyak guru matematika di SLB bukan berasal dari latar belakang pendidikan matematika. Di sisi lain, keterbatasan media pembelajaran membuat materi sulit siswa berkebutuhan khusus pahami.
“Anak normal saja sering kesulitan belajar matematika, apalagi anak disabilitas. Alat peraga itu mutlak di perlukan,” tegas Sugiman.













