Gelombang 1 tak masuk cadangan
Hasilnya, mayoritas CMB target afirmasi yang tidak di terima di gelombang utama (gelombang I) dan tidak masuk cadangan, otomatis sudah banting setir ke sekolah-sekolah swasta.
Kondisi di lapangan, 90 persen anak-anak tersebut sudah berada di sekolah swasta. Sehingga –secara tidak langsung– orang tuanya juga gelo atau menyayangkan.
“Mengapa informasinya baru sekarang, kenapa kemarin mereka kok tidak tahu kalau ada gelombang II dan sebagainya,” tambahnya.
Terlebih, lanjut Nikma, para orang tua ini harus hutang ke sana ke mari untuk bisa mendaftarkan anaknya ke sekolah swasta kalau seharusnya bisa masuk di sekolah kemitraan.
Sehingga di gelombang II yang pendaftarannya mulai hari ini sudah masuk delapan anak. Mereka yang dari awal memang sudah terdampingi dari awal untuk proses akunnya.
Karena umumnya mereka dari keluarga brokenhome. “Sehingga, di SMK Al Mina Bandungan, untuk saat ini total sudah ada 18 anak yang bisa masuk sistem,” tambahnya.
Sedangkan yang di luar sistem ada 25 anak, tetapi tidak bisa tertampung dan mereka semua masuk golongan miskin P2 dan P3 yang kondisi ekonominya benar- benar parah.
Di sisa batas waktu pendaftaran gelombang II ini, lanjut Nikma, SMK Al Mina terus berupaya berkomunikasi intens lewat WA maupun telepon kepada anak- anak terkait.
Karena sekolahnya sudsh punya punya data by name, by adress dan by phone. Dari komunikasi ini respon dari anak yang bersangkutan pun juga beragam.
Ada yang menyampaikan tidak jadi sekolah dan memilih untuk mencari pekerjaan, ada juga yang menyampaikan jurusannya tidak sesuai yang terminati.
BACA JUGA: Lolos SPMB 2025? Berikut Jadwal, Persyaratan, dan Cara Pendaftaran Ulang
Bahkan ada yang sudah di sekolah lain karena sudah daftar ulang dan mengambil seragam. “Sehingga mereka takut uangnya hilang karena tidak dapat dikembalikan,” jelasnya.
Sedangkan untuk anak- anak yang tidak ada respon, telah ada pembentukan tim (enam tim) untuk terjun ke dua kecamatan atau satu kecamatan (tergantung jumlah anaknya) untuk melakukan home visit.
Ini untuk memastikan apakah anak-anak tersebut sudah sekolah atau belum. Seandainya belum sekolah maka di arahkan untuk diambil sebagai data CMB yang bisa didaftarkan ke sekolah kemitraan.
Jika sudah terdaftar di sekolah lain tim hanya bisa memberikan pemahaman agar mereka bisa memilih. Jika di sekolah kemitraan gratis, tetapi kalau di sekolah swasta yang lain bayar.
Selain itu, komunikasi juga berlangsung dengan kepala sekolah swasta terkait. “Jika memang yang di kehendaki anak sekolah kemitraan bisa memilih SMA Muhammadiyah Sumowono atau SMK Al Mina Bandungan,” jelasnya. (*)
Editor: Farah Nazila