“Ketika menulis itu pun beliau juga dalam keadaan puasa untuk menjaga secara mental, lahir, maupun batinnya dalam proses menulis,” tambahnya.
Tetap ikuti struktur Al-Qur’an meski berukuran raksasa
Lebih jauh, Benny menuturkan bahwa meski berukuran raksasa, mushaf akbar ini tetap mengikuti struktur Al-Qur’an. Misalnya mushaf Al-Qur’an pojok yang biasa untuk hafalan.
Meski begitu, karena ukurannya yang besar, mushaf akbar ini juga membutuhkan perawatan khusus. Pihak masjid menugaskan tim kebersihan untuk menjaga kelembapan dan suhu di sekitar Al-Qur’an agar tetap terawat dengan baik.
Pembacaan mushaf akbar ini pun tidak berlangsung setiap saat. Melainkan hanya oleh santri yang secara rutin membuka halaman demi halaman setiap harinya.
BACA JUGA: Demi Ikut Semaan Al-Qur’an di Masjid Agung Semarang, Jamaah Rela Bolos Kerja Sebulan Penuh
“Secara tradisi, kami belum melakukan kegiatan yang sifatnya menggunakan mushaf ini secara upacara atau acara tertentu. Yang jelas ini kami pajang sebagai sebuah seni dan juga para santri baca,” ujar Benny.
Selain menjadi nilai religius dan sejarah, mushaf akbar ini ternyata juga menjadi salah daya tarik dari Masjid Agung Jawa Tengah. Benny menyebut, tak sedikit jamaah yang menjadikannya spot foto favorit.
“Ini menjadi salah satu titik spot foto bagi pengunjung maupun jemaah yang berkunjung ke Masjid Agung Jawa Tengah. Selain melihat keunikan dan keindahan Al-Qur’an ini, banyak sekali yang mengabadikannya sebagai kenang-kenangan,” pungkasnya. (*)
Editor: Mu’ammar R. Qadafi
Respon (2)