-
Menyadari Emosi yang Tersimpan
Alih-alih terburu-buru memaafkan, penting untuk menanyakan pada diri sendiri: perasaan apa yang masih tersisa? Mengapa perasaan itu dipertahankan? Kesadaran ini menjadi langkah awal untuk melepaskan luka. -
Reparenting Inner Child
Proses ini berarti memberikan dukungan dan kasih sayang kepada “anak kecil di dalam diri” yang dulu terluka. Dengan begitu, seseorang bisa merasakan kelegaan tanpa harus menunggu rekonsiliasi dengan orang tua. -
Mengurangi Dorongan Balas Dendam
Definisi memaafkan biasanya dikaitkan dengan melepaskan hak untuk menuntut balasan. Namun, dr. Jiemi menegaskan bahwa rasa sakit juga bisa hilang tanpa balas dendam atau rekonsiliasi. Fokusnya adalah menenangkan diri, bukan menuntut keadilan. -
Melepas Pola Asuh Lama
Banyak trauma terjadi karena orang tua dulu mendidik dengan cara keras, meski niatnya baik. Menyadari bahwa mereka juga terbatas oleh pengetahuan dan luka masa lalu dapat membantu anak menurunkan beban emosional.
Penyembuhan adalah Proses, Bukan Paksaan
Dr. Jiemi menambahkan, orang tua sering kali mendidik berdasarkan cara yang mereka tahu, bukan karena ingin melukai.
BACA JUGA: Anak Korban Penculikan Trauma Meski Tak Langsung Kelihatan, Psikolog: Dampaknya Bisa Jangka Panjang
Meski begitu, hasilnya bisa menimbulkan trauma berkepanjangan. Oleh karena itu, proses penyembuhan sebaiknya berfokus pada meringankan rasa sakit diri sendiri, bukan pada kewajiban untuk memaafkan.
“Kelegaan bisa datang dulu, baru nanti kita putuskan apakah perlu memaafkan atau tidak. Intinya, jangan memaksakan,” tegasnya. (*)