SEMARANG, beritajateng.tv – Alat musik shofar mungkin tidak begitu familiar di telinga masyarakat awam. Namun, bagi Komunitas Family Blessing Semarang, memainkan shofar merupakan salah satu cara untuk memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ketua Komunitas Family Blessing Semarang , Lucky Franky mengatakan bahwa shofar atau yang akrab dengan sebutan sangkakala memang tidak begitu populer sebagai alat musik. Apalagi, sangkakala identik dengan akhir zaman, masa-masa mendekati kiamat.
Namun, lanjutnya, shofar memiliki sejarah yang panjang bagi umat kristiani. Alat itu sendiri umumnya digunakan sebagai alat musik untuk tujuan ritual keagamaan Yahudi.
“Shofar ini adalah alat musik tiup yang terbuat dari tanduk domba, baik domba kudu Africa atau anggora. Tapi kami nggak pakai tanduk sapi karena ada sejarahnya kalau tanduk sapi seperti menistakan Tuhan,” ucapnya saat beritajateng.tv temui di Taman Indonesia Kaya, beberapa waktu yang lalu.
BACA JUGA:Jatuh Cinta dengan Musik Dansa, Pemuda Semarang Ini Jadi Produser Musik EDM hingga Merambah ke DJ
Lebih lanjut, Lucky menyebut bahwa tidak semua orang mampu meniup alat musik itu. Meski pun kelihatannya mudah, namun bermain shofar memerlukan teknik khusus dan konsistensi dalam berlatih.
Teknik meniup shofar
Salah satu teknik memainkannya, jelas Lucky, ketika meniup ujung alat musik itu, bibir haruslah bergetar antara bibir atas dan bawah. Hal itu akan membuka rongga di dalam mulut sehingga benda tersebut dapat mengeluarkan suara.
“Kalau kita niup bisa, tapi tidak selalu bunyi. Shofar juga ada tekniknya seperti diawali dengan sedotan minuman nah nanti kalau sudah naik level maka meniup shofar akan lebih mudah,” lanjutnya.
Untuk informasi, Komunitas Family Blessing Semarang berdiri sejak tahun 2006 silam. Mereka adalah komunitas persekutuan doa rohani dari berbagai gereja dan agama Kristen dan Katolik.