“Kami memberanikan diri dan itu ramainya setengah mati. Ada momen-momen yang cukup mengharukan setelah melampaui masa diskriminasi yang kurang mengenakan terus tiba-tiba bisa ngumpul di satu jalan. Itu sesuatu yang sangat mengesankan,”
Tantangan Warung Semawis Semarang
Setelah 20 tahun berlangsung, Warung Semawis kini menghadapi tantangan baru. Setelah sempat vakum pada Pandemi Covid-19 beberapa lalu, Warung Semawis harus kembali berhenti sementara.
“Diberhentikan karena memang animonya menurun, karena faktor ekternal juga. Banyak pembangunan baru, perumahan baru,” ucapnya.
Dengan adanya pembangunan atau perumahan itu, masyarakat yang dulunya mengunjungi Warung Semawis kini perlahan berkurang.
“Jadi mereka kalau mau makan jajan-jajan itu nggak usah ke pusat kota di sini lagi, udah ada di sana, itu yang mengurangi. Bisa dibilang faktor utamanya itu,” sambung Widya.
BACA JUGA: Rekomendasi Wisata Imlek di Kota Semarang untuk Liburan Keluarga, Ada Barongsai hingga Kulineran
Selain itu, Widya juga mengungkapkan jika perubahan kultur di wilayah Gang Warung juga menjadi alasan berkurangnya pengunjung Warung Semawis.
Dulunya, menurut Widya, ruko-ruko di Gang Warung ramai dengan pedagang yang tinggal di sana. Sementara saat ini, ruko-ruko di Gang Warung kosong di malam hari.
“Sekarang bisa dihitung dengan jari. Itu saja sudah mengurangi keramaian di situ. Ada alih generasi juga,” tandasnya. (*)
Editor: Farah Nazila