Lebih lanjut, saat itu Kota Semarang konon masih tergenang oleh air sehingga banyak kapal yang akhrinya mendarat di kawasan tersebut.
“Kawasan Dadapsari dulu namanya adalah Melayu Darat. Mungkin daerah ini ternamakan darat karena yang muncul sebagai daratan cuma ini. Jaman Belanda baru mulai pengurukan Kota Semarang, salah satunya jadi ada Kota Lama. Kalau jaman dulu kapal bisa masuk ke Kota Semarang, bahkan kapal bisa sampai Lawang Sewu juga jaman dulu,” terangnya.
Tempat Ulama Besar dan Pahlawan Nasional Nyantri
Kyai Sholeh Darat sendiri sempat mendirikan sebuah pondok pesantren yang terkenal sebagai “Ponpes Pamungkas”. Beberapa nama besar baik dari kalangan ulama maupun nasionalis sempat belajar mengaji di ponpes milik Kyai Sholeh Darat.
Gus Lukman menyebut, K.H. Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama dan K.H. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah pernah beberapa kali berkunjung ke ponpes Kyai Sholeh Darat. Sementara dari kalangan nasionalis, R.A. Kartini juga pernah nyantri di sini.
BACA JUGA: Banyak Hal Tak Biasa, Ini 7 Fakta Menarik Masjid Madegan Sampang, Salah Satunya Aneh tapi Nyata
“R.A. Kartini termasuk santri, tapi kalau mondok di sini enggak. Cuma sering sowan untuk diskusi, sampai akhirnya Simbah Kyai Sholeh Darat memberikan hadiah tafsir Al-quran yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, dengan tulisan pegon,” ungkapnya.
Hingga saat ini, di tangan Gus Lukman sebagai keturunan langsung Kyai Sholeh Darat, masjid ini masih orang gunakan untuk kegiatan ibadah. Bahkan, beberapa juga sering datang untuk ziarah meski makam Kyai Sholeh Darat telah pindah ke TPU Bergota.(*)
Editor: Farah Nazila